Hetifah Dorong Kolaborasi Partai dan Pihak Tingkatkan Peran Perempuan Dalam Politik

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Terjadi kemajuan signifikan peran perempuan dalam parlemen di Indonesia. Pada 1999, presentase perempuan yang menjadi anggota Parlemen sembilan persen. Presentase itu meningkat 20,8 persen pada 2014.

“Peningkatan yang membanggakan. Kita berupaya lebih giat memenuhi representasi perempuan di parlemen 30 persen,” kata politisi senior Partai Golkar, Dr Hj Hetifah Sjaifudian ketika tampil sebagai nara sumber dalam peluncuran buku ‘Women, Policy and Political Leadership–Regional Perspectives’ yang digelar secara virtual, Senin (18/1).

Buku dapat diunduh di https://www.dropbox.com/s/k4cwyj8rovf0r08/KAS_Women_Policy_Political_Leadership_combInt.pdf?dl=0.

Kegiatan digelar Yayasan Internasional Konrad Adenaur Stiftung (KAS) yang 10 tahun terakhir dalam mendukung kepemimpinan perempuan Asia di politik. KAS telah mengadakan berbagai konferensi regional, lokakarya dan aktivitas lainnya untuk Asian Women Parliamentarian Caucus (AWPC).

Acara ini dihadiri akademisi dan anggota parlemen dari berbagai belahan dunia dengan perspektif dan pengalaman secara regional, yaitu Asia, Afrika Selatan, Amerika Latin, Eropa, Maldives, Banglades, Indonesia, Timor Leste, dan Maroko.

Selain Hetifah, juga tampil sebagai nara sumber antara lain Dr Andrea Fleschenberg (Humboldt-Universität zu Berlin, Germany), Yolanda Sadie (University of Cape Town, South Africa), Jennifer M. Piscopo (Occidental College, California), Ekaterina R Rashkova (Utrecht School of Governance, Netherlands) dan Emlia Zankina (Temple University Rome).

Dikatakan Hetifah, peran dan keterlibatan perempuan dalam dunia politik merupakan sebuah tema yang hangat dibahas secara internasional. Dia memaparkan tantangan dalam meningkatkan peran perempuan dalam politik.

“Dari sisi permintaan, pemilih masih kerap memiliki bias gender sehingga kurang mempercayai dan cenderung tidak memilih caleg perempuan. Dari sisi ketersediaan, partai juga masih enggan menempatkan perempuan dalam posisi strategis dan belum mengikutsertakan perempuan yang memiliki kompetensi untuk turun sebagai caleg mereka,” tambah dia.

Kolaborasi antar partai dan para pihak merupakan sebuah solusi yang didorong oleh Hetifah. Kolaborasi perempuan sebagai politisi, aktivis, akademisi dan dari berbagai pihak wajib ditingkatkan. Dengan kolaborasi, advokasi terhadap isu-isu perempuan yang berbasis riset dan data dapat dilakukan.

“Salah satunya kerjasama dengan KAS dan Lembaga Swadaya Masyarakat local bernama B-Trust yang telah memberikan pelatihan pada 663 anggota parlemen dari 13 provinsi di Indonesia.” demikian Dr Hj Hetifah Sjaifudian. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait