Hetifah: Kemajuan Teknologi Informasi Juga Jadi Milik Perempuan

  • Whatsapp

JAKARTA,, Beritalima.com– Tahun ini tepatnya 22 Desember 2018, kaum perempuan merayakan 90 tahun Kongres Perempuan pertama yang kini dikenal sebagai ‘Hari Ibu’.

Meski makna perayaan itu bergeser dari isu ‘gerakan perempuan’ ke peran perempuan sebagai ibu, tetapi euforianya perlu dipertahankan untuk melihat bagaimana peran penting perempuan diberbagai lini kehidupan.

“Salah satunya, bagaimana hubungan perempuan dengan teknologi informasi,” kata Wakil Ketua Komisi X DPR RI Bidang Pendidikan, Pemuda Olah Raga, Parawisata, Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif, Hetifah Sjaifudian dalam peringatan 90 Tahun Hari Ibu 22 Desember lalu.

Keterangan tertulis melalui WhatssApp (WA) kepada Beritalima.com akhir pekan ini, Hetifah mengatakan, dulu teknologi menjadi kata yang indentik dengan laki-laki.

“Kita terbiasa mengklafikasikan laki-laki pada pendidikan teknik, sedangkan perempuan mengambil jurusan pendidikan atau keperawatan,” kata Ketua Umum Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) tersebut.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, jelas Wakil Rakyat dari Dapil Kalimantan Timur dan Utara tersebut, kemajuan teknologi informasi tidak hanya menjadi milik laki-laki tetapi juga sudah menjadi bagian dari hidup kaum perempuan.

Perempuan yang dulunya berada dalam ruang private sehingga tidak memiliki kesempatan mengemukakan pendapat dan sulit bertemu banyak orang, kini dengan berkembangnya informasi khususnya telepon pintar (smartphone), perempuan memiliki akses informasi yang sama dengan laki-laki.

“Kita tentu mengetahui dan paham perkembangan Teknologi Informasi serta Komunikasi (TIK) telah memengaruhi kehidupan masyarakat baik secara ekonomi, sosial maupun budaya.”

Dikatakan, informasi telah menjadi kekuatan utama dalam sendi kehidupan. Tidak hanya bagi laki-laki, informasi juga dibutuhkan oleh perempuan untuk bisa bersosialisasi dan mengembangkan diri.

Akses informasi yang besar bagi perempuan itu terlihat dari data TIK yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).

Dari data yang dirilis Desember 2017, terlihat bagaimana dominasi perempuan dalam penggunaan media sosial seperti Facebook dan Instagram. Perempuan juga menjadi kelompok terbesar pengguna aplikasi chatting (instant messaging).

Akhir tahun lalu kelompok perempuan adalah penguna media sosial terbanyak dibandingkan laki-laki. Ada 93,68 persen responden perempuan mengunakan media sosial, laki-laki pengguna media sosial, instant messasging didominasi perempuan (86,49 %) dan laki-laki 83,25 persen.

Pengguna media sosial dan pesan singkat di pedesaan maupun perkotaan jumlahnya hampir seimbang dengan rentang usia tertinggi 20-29 tahun. Mereka yang menggunakan media sosial paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan pendidikan terakhir dploma/S1.

Dengan akses informasi begitu lebar, perempuan juga punya potensi yang besar pula untuk menjadi korban terpaan informasi palsu atau sering disebut hoax.

“Mudahnya akses membuat kita tak perlu lagi susah payah mencari sumber informasi. Melalui internet, informasi datang dengan cepat bahkan tanpa memberikan waktu kepada kita untuk mencerna, menganalisa dan mengecek kebenarannya,” kata dia.

Itu sebabnya di zaman banjir informasi seperti sekarang, permasalahan bukan lagi bagaimana sulitnya mencari informasi tetapi bagimana masyarakat Indonesia termasuk perempuan bisa memilah informasi yang sahih/benar dan informasi yang salah.

Dalam perannnya sebagai ibu, perempuan memiliki tugas ganda yang sangat penting terkait pemanfaatan teknologi informasi. Pertama, perempuan sebagai individu.

Sebagai individu, perempuan dituntut untuk terus mengembangkan diri dan menjalin sosialisasi dengan masyarakat. Untuk itulah teknologi informasi diperlukan perempuan untuk mendapat pendidikan, mengasah kemampuan dan pengetahuan.

Apalagi perempuan sudah bukan hanya sebagai konsumen informasi, yang informasi diproduksi oleh laki-laki. Perempuan juga bisa membuat dan menyediakan informasi positif yang dibutuhkan. Dengan langkah ini, perempuan juga perberan dalam upaya melawan hoak.

Kedua, sebagai ibu. Sebagai ibu perempuan juga menjadi gerbang terakhir dan tameng bagi anak-anaknya dari terpaan informasi tidak mendidik dan keliru.

Sebagai orang tua, ibu dituntut bisa memberi pengertian kepada anak-anaknya atas seluruh informasi-informasi yang telah didapatkan si-anak.

“Ibu juga berperan penting dalam mendidik dan membatasi penggunaan gawai atau gadgetoleh anak, sehinga tahapan perkembangan anak sesuai dengan umurnya,” demikian Hetifah Sjaifudian.

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *