JAKARTA, Beritalima.com– Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dr Hj Hetifah Sjaifudian meminta informasi lebih detail terkait kemampuan daerah yang sudah pembelajaran daring dengan baik dan mana yang belum, baik itu dari itu sisi sekolah, guru maupun orang tua siswa.
Soalnya, ungkap politisi senior Partai Golkar tersebut dalam rapat kerja dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di ruang rapat Komisi X DPR RI Gedung NUsantara I KOmplek Parlemen Senayan, Jakarta, awal pekan ini, hal itu sangat penting demi kelanjutan pembelajaran anak didik ke depan.
Rapat membahas antara lain tentang rencana anggaran Kemendikbud 2021, pembelajaran di masa Covid-19 serta peta jalan pendidikan nasional 2020-2035. Hadir dalam rapat itu Mendikbud, Nadiem Makarim beserta jajaran eselon 1 Kemendikbud.
Pada kesempatan itu, Hetifah menyoroti tentang keberlangsungan keberjalanan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).Selain minta data detail, wakil rakyat dari Dapil Provinsi Kalimantan Timur itu juga menyoroti keterlibatan lembaga pemerintahan lainnya dalam meningkatkan proses pembelajaran. Ini bukan semata-mata tanggung jawab Mendikbud.
“Kami mengusulkan adanya MoU antara tiga menteri yakni Mendikbud, Menkominfo dan Menperin untuk menyediakan akses internet dan gawai gratis buat siswa, mahasiswa dan guru yang membutuhkan di seluruh pelosok Indonesia. Tidak perlu yang mahal-mahal, sederhana saja tapi bisa untuk pembelajaran. Saya kira industri nasional kita mampu membuatnya, jangan sampai nanti tiba-tiba impor,” kata dia.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar 2020-2025 bidang Kesra tersebut juga berharap Kemendikbud dapat memfasilitasi sharing session antar-stakeholder pendidikan. “Sharing session itu banyak sekali peminatnya dan Kemendikbud bisa menjadi konduktornya.
“Hal itu selain bermanfaat sebagai sarana distribusi informasi, inputnya juga bisa menjadi database yang berharga bagi kajian Kemendikbud. Kedepannya saya harap diskusi-diskusi seperti ini digalakkan, agar kita bisa bersama-sama mengembangkan sistem pembelajaran daring dan luring secara optimal,” demikian Dr Hj Hetifah Sjaifudian. (akhir)