Surabaya, Untuk menghindari kejadian fatal yang terjadi saat beraktifitas, prajurit dan PNS Akademi Angkatan Laut (AAL) menerima penjelasan singkat tentang Pertolongan Pertama pada kasus Meninggal Mendadak (Sudden Death) yang diberikan Kaur Gizi Hysan Subditkes AAL, Lettu Laut (K) dr. Khrisma Yanu Arsyayudha sebelum olahraga pagi di lapangan Banda, Mako AAL, Morokrembangan, Surabaya, Selasa (28/1/2020).
Tampak hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Gubernur AAL Brigjen TNI (Mar) Endi Supardi, S.E., Seklem AAL Kolonel Laut (P) Yoos Suryono Hadi, M.Tr (Han), para Direktur AAL, para Kepala Departeman AAL, para perwira staf dan seluruh personel AAL lainnya.
Menurut Khrisma –sapaan akrab staf dokter Satkes AAL ini, penyakit jantung masih menjadi “pembunuh” nomor satu di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 17,7 juta kematian setiap tahunnya akibat penyakit jantung. Salah satu kondisi yang cukup sering terjadi adalah henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest).
Henti jantung lanjutnya, adalah kondisi dimana jantung berhenti berdetak. Henti jantung berbeda dengan serangan jantung. Orang yang terkena serangan jantung umumnya mengeluh nyeri dada, terutama di sebelah kiri. Sementara itu, orang yang mengalami henti jantung biasanya ditandai dengan pingsan.
Pada kesempatan tersebut juga dipraktekkan bagaimana melakukan proses pertolongan pertama yang dilakukan seorang tenaga medis memompa bagian dada seseorang (alat peraga), hal tersebut merupakan usaha untuk mengembalikan irama jantung yang telah berhenti. Teknik tersebut dinamakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
“RJP adalah tindakan pertolongan pertama pada korban henti jantung dan henti napas. Tindakan RJP dapat dilakukan oleh orang awam ketika tidak ada tenaga medis di sekitarnya dengan tepat lokasi, tepat tekanan dan tepat frekwensi,” jelasnya.
Langkah-langkah pertolongan pertama tersebut diantaranya periksa kesadaran korban dengan cara memanggil korban sambil menepuk bahu. Bila belum bangun, panggil lagi dengan suara yang lebih keras. Kemudian panggil bantuan dengan berteriak minta tolong dan minta orang di sekitarnya untuk menghubungi petugas kesehatan terdekat atau menelepon ambulans gawat darurat di nomor 118, sementara menunggu petugas kesehatan tiba, lakukan tahap selanjutnya berupa posisikan korban terlentang, dan usahakan korban berbaring di atas alas yang datar dan keras.
Setelah atur posisi lanjutnya, tengadahkan kepala korban, lalu periksa bagian dalam mulut. Apabila ada benda yang terlihat menyumbat saluran napas, ambil segera. Penting untuk diketahui bahwa jangan sampai anda menghabiskan waktu lama di tahap ini. Segera lakukan tahap berikutnya memeriksa nadi pasien dengan menggunakan jari, raba nadi yang ada di leher kanan atau kiri korban. Lakukan selama setidaknya 5 detik. Bila tidak dirasakan ada nadi, lakukan tahap berikutnya, lakukan pompa jantung.
Untuk pompa jantung, dengan berlutut di samping korban, letakkan tangan di bagian tengah dada (di antara kedua puting) dengan posisi kedua tangan bertumpu. Tempatkan bagian pangkal telapak tangan di dinding dada. Dengan prinsip push hard push fast, atau pompa dengan keras dan cepat lakukan pompa jantung dengan kecepatan 100-120 x/menit.
“Pompa jantung hingga 30 kali, kemudian berikan napas buatan sebanyak 2 kali. Napas buatan diberikan dengan memencet hidung korban, lalu menghembuskan napas di mulut korban. Namun, sejumlah literatur menyebutkan pemberian napas buatan ini tidak perlu lagi dilakukan oleh orang awam.
“Lakukan langkah ke-6 selama 20 menit, kemudian periksa kembali kesadaran dan nadi korban. Bila belum ditemukan tanda-tanda perbaikan, ulangi kembali tahap 6 selama 2 menit. Lakukan tindakan pompa jantung sampai bantuan medis datang,” terangnya.
Bila penolong kelelahan tambahnya, minta tolong orang lain untuk menggantikan. Tindakan ini dapat dihentikan bila tenaga medis sudah datang, penolong lelah namun tidak ada pengganti, atau sudah dilakukan selama 20 menit tetapi korban tidak menunjukkan perbaikan kondisi.
Resusitasi jantung paru sendiri jelasnya, sebenarnya meniru fungsi jantung, yaitu memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Karenanya, tindakan ini sangat penting untuk diketahui dan dilakukan. Respon yang cepat dan tepat terhadap korban henti jantung dapat membantu menyelamatkan nyawanya seseorang yang terkena Sudden Death.