Hindari Kepanikan Baru di Masyarakat, Pemerintah Perlu Atasi ‘Silent Pandemi’

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPN) partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Muhammad Anis Matta menilai, sebagai negara kepulauan dengan teritorial yang luas, populasi masyarakat yang hidup di perkotaan dengan pedesaan tak jauh berbeda.
Karena itu, Covid-19 sudah penetrasi sampai ke pedesaan dan pelosok yang sulit terjangkau.

“Virus ini kelihatannya tidak akan sampai ke desa. Mereka bercanda virus nggak bisa nyebrang, kenyataannya setelah itu Madura meledak.

“Kita mulai menyaksikan satu fenomena baru, virus Covid-19 masuk desa. Saya kira semua mengerti persoalan besar yang akan kita hadapi ketika terjadi ledakan itu,” kata Anis dalam diskusi Gelora Talks bertema ‘Waspada! Ancaman Covid-19 Merambah Pedesaan’ seperti dikutip dari kanal You Tube Gelora TV, kemarin.

 

Dia berharap penyebaran Covid-19 di desa tak menjadi sumber kepanikan baru masyarakat, tidak berujung pada ledakan sosial sehingga diperlukan langkah antisipasi lebih cepat, tidak bisa dibebankan kepada pemerintah saja, tapi perlu kolaborasi bersama-sama.

 

“Ini masalah bersama. Karena itu, penting bagi kita keluar dari polemik pro pemerintah atau oposisi. Gelora bukan dari pemerintah, juga bukan oposisi. Tapi kami yakin, masalah yang kita hadapi ini akan terselesaikan bersama,” kata Anis.

Ya, kasus Covid-19 di Indonesia saat ini cenderung melandai. Namun, pemerintah diingatkan kemungkinan terjadinya silent pandemi di daerah pedesaan terutama di luar Pulau Jawa-Bali karena minimnya fasilitas kesehatan yang dimiliki dan kurangnya Testing, Tracing dan Treatment (3T).

 

“Hal ini tentu bisa menjadi sumber kepanikan baru di masyarakat, karena ada masalah literasi fasilitas kesehatan dan keterjangkauan transportasi di wilayah itu, sehingga memungkinkan penyebaran Covid-19 tidak terdeteksi,” kata Pakar Kebijakan Bioteknologi dan Kesehatan  IPMI Business School  Sidrotun Naim.

 

Yang dimaksud dengan silent pandemi, kata Sidrotun Naim, ada pandemi tetapi tidak kelihatan karena ketidaktahuan masyarakat dan Pemerintah Daerah setempat.
“Salah satu faktornya adalah kepadatan penduduknya kecil dibandingkan di Jawa ke luar Jawa-Bali, sehingga penanganannya sedikit lebih lambat,” kata Ahli virus lulusan Harvard University ini.

Dia berpandangan, penanganan Covid-19 di pedesaan Jawa-Bali saja kurang tertangani dengan baik karena minimnya faslitas kesehatan, apalagi di luar Jawa-Bali.

“Menurut saya di luar Jawa Bali ada potensi yang lebih besar terjadinya silent pandemi. Sebagai orang beriman kita berdoa agar hal itu tidak sampai buruk seperti di Eropa.”

 

Ahli Epidemiologi Lapangan, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr Yudhi Wibowo menambahkan, pemerintah harus konsisten menerapkan kebijakan dan pertimbangan yang matang dalam implementasinya.
“Kita sering mendengar curhatan dari tingkat RT hingga desa penanganan pandemi Covid-19. Implementasi dari kebijakan pemerintah masih belum tegas dan konsisten, sehingga tingkat penularan dan kematian masih tinggi,” kata Yudhi.

(akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait