KUPANG, beritalima.com – Hingga akhir Mei 2017, perkembangan pembangunan Bendungan Raknamo yang berada di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur sudah mencapai 93,24 persen. Sedangkan realisasi keuangannya sudah 84,02 persen. Pembangunan Bendungan Rakanamo ini menelan dana sekitar Rp 700 miliar lebih.
“ Progres fisik pembangunan Bendungan Raknamo telah capai 93,24 persen, diharapkan air hujan musim tahun depan bisa tertampung dengan kesiapan kita yang ada di lapangan,” kata Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Agus Sosiawan kepada wartawan media ini di Kupang, Jumat (2/6/2017).
Ia mengatakan, jaringan irigasi sementara dikerjakan primer dan sekundernya. Walapun belum selesai seluruhnya tapi akan dilanjutkan tahun 2018 mendatang.
Demikian juga air bakunya tahun depan mulai dikerjakan. Karena air baku dan air irigasinya, prinsipnya setelah diadakan penggenangan baru diproses sertifikasinya dari Komisi Keamanan Bendungan (KKB) untuk op-nya baru boleh dipakai.
“ Jadi tidak bisa hanya ditutup baru langsung pakai tapi harus sertifikasi untuk pengoperasian. Pengoperasiannya adalah menunggu sampai penuhnya bendungan. Sehingga performance dari pada bendungan itu, bisa diketahui dan bisa dipastikan itu layak untuk dioperasikan. Kalau penggenangannya tahun ini, tentunya pemanfaatannya tahun depan karena masih menunggu waduk itu penuh,” kata Agus menambahkan.
Bendungan Raknamo yang dikerjakan oleh PT. Waskita Karya ini bisa menampung air mencapai 14,09 juta meter kubik, yang akan dimanfaatkan irigasi maupun air baku dengan mengairi lahan persawahan seluas lebih dari 800 hekar.
Menurunya, pada waktu pertemuan beberapa waktu lalu, ada permintaan dari Pemerintah Kabupaten Kupang bisa memfasilitasi jalan keliling di Waduk tersebut.
“ Jalannya sudah kita buat, kurang lebihnya 11 kilometer. Kita memfasilitasi tata letaknya, perencanaannya, daerah – daerah mana saja untuk dipakai wisata,” ujarnya.
Ia juga sudah menggelar rapat yang dihadiri unsur terkait, yakni Dinas Kehutanan, Pariwisata dan Kehutanan Kabupaten Kupang. Diharapkan semua komponen bisa mengisi.
Kemudian terkait dengan air baku, pihaknya juga sudah diskusi dengan Pemerintah Kabupaten Kupang agar menyiapkan perangkatnya, dan siapa yang mengelolahnya nanti. Sehingga dengan penggunaan air baku ini bisa mendorong perkembangan di Kota Kabupaten yang baru itu. (L. Ng. Mbuhang)