Hukum Berperikemanusiaan dan Berkeadilan Warisan Buat Generasi Penerus

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPD RI 2009-2016, Irman Gusman meluncurkan buku yang merupakan hasil perenungannya tentang penegakan hukum dan hak asasi manusia negeri ini dalam rangkaian perayaan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2021.

Buku ‘Menyibak Kebenaran: Drama Hukum, Jejak Langkah, dan Gagasan Irman Gusman’ itu juga merupakan jilid ke-tiga dari serial eksaminasi terhadap vonis Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat terhadap dirinya, yang akhirnya dibatalkan Mahkamah Agung.

Buku terbaru ini berisi laporan pandangan mata oleh penulis buku yaitu Pitan Daslani, wartawan senior yang bertugas sebagai Staf Ahli Ketua DPD RI untuk urusan hubungan luar negeri semasa Irman Gusman, Mohammad Saleh, Oesman Sapta Odang dan LaNyalla Mahmud Mattalitti menjadi Ketua DPD RI.

Dalam buku itu Pitan Daslani menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi sebelum, pada saat, dan setelah Irman ditangkap KPK 16 September 2016.
Rangkaian informasi dalam buku itu termasuk banyak hal baru yang belum pernah diberitakan di media massa tetapi mencakup kejadian penting yang menerangkan apa sebabnya Irman dijatuhkan dari posisi sebagai Ketua DPD RI dan siapa saja yang berkepentingan untuk menjatuhkan dia dari posisi RI-7 itu.

Laporan investigasi dalam buku ini juga mencakup dugaan persekongkolan aparat KPK dan seorang saudagar gula untuk menjerat Irman dengan tuduhan menerima suap.

Buku setebal 420 halaman itu juga berisi penjelasan guru besar tentang teror dan intimidasi yang dilakukan aparat KPK terhadap hakim di PN Jakarta Pusat ketika suatu perkara korupsi sedang disidangkan.

Cara penegakan hukum yang menghalangi keadilan dalam perkara Irman dijelaskan secara rinci dalam buku ini, termasuk upaya praperadilan yang digugurkan di tengah jalan serta upaya aparat KPK untuk mengintimidasi istri Irman yaitu Liestyana Gusman agar membenci dan manjauhi suaminya ketika Irman sedang diperiksa.

Menurut penulis buku, pembohongan publik melalui media massa yang dilakukan untuk mendiskreditkan Irman dan keluarganya juga diuraikannya secara gamblang dalam buku ini. Buku ini juga berisi rekam jejak Irman baik di dalam maupun di luar negeri, khususnya untuk menarik investasi asing masuk ke Indonesia.

Peluncuran buku dilakukan bersamaan dengan perayaan Hari Kebangkitan Nasional yang digelar Korps Alumi Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
Turut memberikan testimoni peluncuran buku itu Bambang Soesatyo, Puan Maharani, LaNyalla Mahmud Mattalitti, Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Ahmad Basarah, Anies Baswedan dan GKR Hemas.

Saat menyampaikan sekapur sirih di acara peluncuran buku itu, Irman mengatakan, saat ini bangsa Indonesia menghadapi berbagai dimensi krisis, seperti ekonomi, sosial, hukum, kepercayaan, politik identitas, dan kebudayaan. Ditambah masyarakat terpecah belah dan teradu domba.

“Yang kita butuhkan adalah kebersamaan, kekompakan, solidaritas sosial, kedermawanan, kegotongroyongan dalam mencari solusi terbaik untuk mengatasi krisis itu,” ucap Irman.

Di hari kebangkitan nasional, Irman mengajak semua pihak bangkit dari cara berpikir yang selama ini melemahkan sendi-sendi bangsa. Apalagi saat ini masayrakat cenderung mempercayai hal yang melemahkan demokrasi pancasila, dan cenderung ke demokrasi liberal.

“Sudah saatnya perlu menguatkan demokrasi pancasila kembali. Tatkala demokrasi ekonomi diabaikan, maka kondisi ekonomi tidak akan lebih baik,” demikian Irman Gusman. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait