Humas BMKG Siaga 24 Jam Tujuh Hari

  • Whatsapp
Rini, sfat Huas BMKG siap layani informasi 24 jam tujuh hari (foto: istimewa)

Jakarta, beritalima.com| – Dwi Rini Endra Sari (akrab disapa Rini),  Sub Koordinator Hubungan Pers dan Media, Selaku Ketua Tim Hubungan Pers dan Media dari Humas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, kalau pihaknya senantiasa siaga 24 jam tujuh hari dalam memberikan layanan informasi kepada masyarakat.

Informasi yang disajikan BMKG, memang kita lihat dan rasakan selalu hadir di banyak media massa juga media sosial. Terlebih, saat ada bencana maupun musim penghujan seperti sekarang ini. Bagaimana dapur informasi atau unit Humas BMKG bekerja untuk terus memberikan pelayanan yang tepat, cepat dan akurat (sesuai motto BMKG), berikut wawancara beritalima (BL) kepada Rini beberapa waktu lalu:

BL. Apa tantangan di unit Humas BMKG dalam menyajikan berita ke masyarakat?

Rini. Tantangan internal di humas BMKG adalah penguatan kapasitas SDM (sumber daya manusia) dan teknologinya. Teknologinya yang lebih diinovasikan, baik penguatan perimgatan dininya dan penyebarannya. Nah, kalau dari eksternal, tantangannya adalah kalangan masyarakat yang heterogen dan perkembangan dunia yang sudah mengalami disruption (digitalisasi). Jadi BMKG ini harus adaptif dalam menghadapi tantangan di eksternal.

BL. Berapa kekuatan SDM Humas BMKG saat ini?

Rini. Di Humas ini mengurusi kegiatan, seperti Publikasi dan dokumenrasi serta hubungan pers dan media. Tahun 2018 sy dilantik menjadi Kepala Sub Bagian Hubungan Pers dan Media, dan tahun 2020, terdapat kebijakan pemerintah terdapat penyetaraan, dan menjadi Sub Koordinator Hubungan Pers dan Media/ Ketua Tim Hubungan Pers dan Media, dan saat ini sebagaj Pranata Humas Muda Di bagian saya ada 15 orang termasuk. Tapi kalau di bidang pers dan media, yang mengurus soal pengelolaan isu, siaran pers, ada 11 orang termasuk saya. Kami harus siaga 24 jam dalam tujuh dalam menyebarkan informasi. Kamj pun mengemas informasi yang mudah dipahamai dan sebearluaskan melalui kanal komunikasi, media massa dan media sosial.

BL. Caranya bagaimana untuk siaga 24 jam tujuh hari?

Rini. Jadi saya prinsipnya adalah bagaimana bekerja dengan efektif. Fokus adalah kecepatan , ketepatan informasi yang disesuaikan dengan tuntutan/kebutuhan informasi kepada masyarakat. Makanya perlu teamwork. Ada pembagian tugas dari SDM yang ada dari Sabtu ketemu Sabtu lagi. Dan, Humas itu harus mengikuti ritme teman-teman teknis. Misalkan ada gempa, maka Humas harus bisa mengikuti ritme itu. Kecepatan bergeraknya harus bisa seperti itu. Ketika ada satu tim yang kolaps, maka saya harus bisa mengambil opsi kedua, yaitu berkolaborasi dengan tim teknis. Menjalin hubungan baik dengan teknis. Jadi tim teknis ini kita anggap sebagai “humas bayangan”. Jadi kita bisa meminta tolong kepada tim teknis dalam hal mengolah pesan, sehingga nanti Humas bisa menterjemahkannya ke bahasa yang lebih sederhana. Jadi informasi ini harus cepat, tepat dan akurat, sesuai dengan logonya BMKG.

BL. Dari Sisi peralatan?

Rini. Sekarang jauh lebih baik dibanding saat saya masuk di BMKG awal 2008. Saat itu masih manual, Humas ada di eselon IV. Saya kirim laporan cuaca pakai faks ke semua koordinator liputan. Bukan WA atau email. Saya sudah 17 tahun di Humas (dulu BMG). Saya Ikut CPNS pada 2007, lulusan dari Ilmu Komunikasi. Ini tantangannya orang komunikasi masuk ke lumbung teknis. Cita-cita saya sebenarnya dI bidang pariwisata atau reporter, tapi takdirnya disini….haha.

BL. Cukup berat ya tantangannya?

Rini. Ya. Jadi tantangannya bagaimana mengemas bahasa teknis di BMKG menjadi bahasa tutur, mengemas bahasa teknis ke bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat dan media. Staf saya juga kebanyakan dari lulusan ilmu sosial. Ini jadi tantangan juga. Tapi alhamdulilah Humas sekaang sudah naik ke eselon 2. Posisi saya ini eselon 4. Diatas saya ada Pak Taufan (jabatan?), lalu diatasya lagi masih ada Plt (?) tunggu dilantik. Humas berkoordinasi dengan Sestama.

Tapi meskipun saya eselon 4 dengan Pak Taufan (eselon 3 sebagai Koordinator Humas BMKG), kita bisa langsung berkomunikasi dengan ke Kepala BMKG (Ibu Dwikorita ketika itu). Ibu itu bisa berhubungan langsung ke saya, melalui wa dan telepon. Kalau lagi situasi urgen seperti ada gempa, kadang Ibu itu langsung menghubungi saya atau Pak Taufan. Kadang Ibu minta pendapat soal strategi komunikasi, itu langsung ke kami.

Kalau situasi yang sangat urgen, itu yang bicara ke luar harus tunggu ibu Kepala. Pernah saat Covid dan ibu sedang dirawat di RS, Ibu tetap memberikan informasi ke publik lewat zoom (saya sebagai moderator).

BL. Apakah Humas BMKG perlu penambahan SDM?

Rini. Kalau saya ditanya, lebih baik penambahan kualitas daripada kuantitas SDM. Kalau ada penambahan kuantitas harus disertai dengan peningkatan kapasitas, agar bisa meningkatkan kualitasnya.

Kita juga adakan penguatan kehumasan di daerah. Dari tim saya yang sudah lama berkecimpung, bisa menjadi training of trainer di daerah (ToT). sehingga bisa menjadi “humas bayangan” di daerah. Karena kita tidak ada humas di daerah. Beda dengan kementerian. Karena scope kita kecil. Padahal urgensinya tinggi. Alhamdulilah temen-teman di UPT (unitpelaksana teknis), di daerah, pada melek informasi. Mereka kebanyakan Gen Z/mileneal. Mereka lebih familiar terhadap konten informasi. Konten Instagram teman-teman di daerah itu bagus-bagus.

Banyak lulusan STMKG (Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) yang punya bakat terpendam untuk bisa membantu program kehumasan. Misalnya soal edit video, dan ini terus kita tingkatkan. Humas itu seni atau taste. Jadi tidak menjamin yang lulusan komunikasi lalu bisa duduk di humas. Nah Ibu Kepala BMKG itui taste nya luar biasa meski ia lulusan ilmu eksak (geologi). Ia sangat humanis. Pesan ibu ke kita, humas harus cepat dan responsif. Saya belajar dari ibu itu karena cepat dan akuratnya. Ia sangat teliti.

BL. Banyak masyarakat yang masih belum paham ya tentang kinerja BMKG. Kasus Gempa di Banten (Desember 2018) misalnya.

Rini. Ya betul. Peristiwa gempa di Banten sempat simpang siur, itu karena ketidaktahuan masyarakat. Kalau gempa vulkanik, itu ranahnya di Kementerian ESDM (vulkanologi). Sedangkan BMKG adalah gempa bumi tektonik. Nah diantara Pemerintah Pusat sendiri kadang juga belum tepat, termasuk media. Saya sering ikut kegiatan kehumasan di kementerian/lembaga, dan saya mengatakan bahwa masalahnya haus didudukkan dengan benar. Jangan membodohi masyarakat, kasihan karena tidak mengerti. Terdapat beberapa ketidaktahuan masyarakat akibat tumlang tindih tugas pokok setiap Badan Publik Kondisi ini menunjukkan belum ada regulasi yang jelas.

Dari kejadian di banten, kita jadi saling koordinasi, memasang alat sensor untuk deteksi tsunami akibat letusan gunung api. Negara Indonesia sudah melek kalau sudah kena bencana. Waktu bencana di Aceh, BMG belum punya alat deteksi. Masih manual. Setelah iu kita punya Indonesian tsunami early warning sytem, dan lain-lain. Di cuaca dan klimat ada alat peringatan dininya juga sekarang. Sekarang sudah di modernisasi semua ada alat peringatan dininya. Real time. Ini juga untuk memenuhi beberapa kepentingan di sejumlah sektor, seperti kelautan, pariwisata, pertambangan, dll.betapa pentingnya informasi dari BMKG.

BL. Soal Operasi Modifikasi Cuaca bagaimana peran BMKG?

Rini. Dulu operasi modifikasi cuaca (OMC) ada di BPPT, lalu ada peraturan baru melebur ke BMKG. Karena memang ada korelasinya antara modifikasi cuaca dengan BMKG. Kita mulai pertama saat G20 di Bali, F1 di Mandalika, pembangunan IKN, kita melakukan OMC. Terlibat juga dalam OMC adalah Ada BNPB, TNI AU. Ini anggarannya besar. Sekarang ada kedeputian baru soal OMC di BMKG. Sekarang kan BMKG hanya soal cuaca, iklim dan gempa. Ini ditambah dengan OMC.

Jurnalis: Abriyanto

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait