JAKARTA, beritalima.com – Dalam rangka memperingati hari jadi ke-52 Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) dan hari Sumpah Pemuda. Minggu (6/11/2016) NSI mengajak seluruh umatnya untuk selalu memberi manfaat bagi kemajuan dan kejayaan bangsa dan negara.
Tak hanya itu, NSI juga bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, dalam mensosialisasikan gerakan gemar makan ikan.
Masih dalam rangkaian peringatan HUT NSI ke-52, pada hari ini (06/11) NSI menggelar acara Gerak jalan Kerukunan di Kantor Kementerian Agama RI, Jln. MH Thamrin, Jakarta, yang merupakan acara tahunan sejak dua tahun lalu sudah dilakukan. Pada awalnya gerak jalan dijadwalkan pada tanggal 23 Oktober 2016. Namun diundur, karena sudah padatnya jadwal kegiatan Car Free Day. Gerak jalan ini menjadi upaya untuk bisa merawat kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
“Kerukunan adalah sesuatu yang sudah ada di Indonesia sejak dulu. Gerak jalan ini menjadi satu kegiatan merawat kerukunan yang direkomendasikan oleh PKUB Kementerian Agama RI,” ungkap Mahapandita Utama Suhadi Sendjaja,
selaku Ketua Umum dari NSI.
Dalam kegiatan ini NSI menggandeng majelis agama Buddha lain dan majelis agama lain. Harapannya, gerak jalan ini menjadi upaya yang positif yang bisa memberi dampak untuk membangun suasana kerukunan di bangsa ini. Di luar perkiraan, gerak jalan kerukunan yang berselang dua hari setelah aksi
damai 4 November 2016 lalu ini menjadi momentum penting untuk memulihkan dampak psikologis yang muncul akibat beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab dalam aksi damai yang sejak awal hingga akhir sudah berlangsung dengan baik dan damai.
“Kami berharap gerakan ini menjadi momentum untuk memulihkan situasi
dan rasa percaya diri dari masyarakat, khususnya warga keturunan Tiong Hoa (Chung Hua )” Semua rangkaian kegiatan ini adalah upaya NSI untuk mempraktikkan ajaran Buddha Niciren untuk menjadi manusia yang membalas budi kepada bangsa dan
negara, orang tua, masyarakat, dan Buddha Dharma. Momen berharga dalam gerak jalan kerukunan ini juga menjadi momen penting bagi kita semua, warga negara Indonesia, untuk berbakti bagi ketenteraman negara, kerukunan bangsa, dan
menjaga citra baik bangsa Indonesia di mata dunia. Semuanya ini hanya untuk satu tujuan: Indonesia jaya.
“Dengan menghayati dan mengamalkan dharma, kita bisa melaksanakan balas budi kepada orangtua, negara, masyarakat, dan triratna (Buddha Dharma). Sekarang bagaimana kita semua berdoa supaya presiden dan para pemimpin bangsa
sehat, supaya semua umat manusia (warga negara) bisa mencapai kesadaran terunggul yang dalam ajaran Buddha dijelaskan, yaitu setiap orang bisa bahagia, hidup rukun, tenteram, dan bahagia,” ungkap Suhadi Sendjaja. dedy mulyadi