beritalima.com, — Seorang pepatah mengatakan, “Kasih sayang ibu tak akan bisa dibeli meski dengan segunung harta karun maka sayangilah ibumu atau kau tak mendapatkan kasih sayangnya”, tepat, merupakan kalimat yang sangat pantas untuk sosok wanita sempurna bagaikan malaikat yaitu Ibu.
Wajah bahagia selalu diperlihatkan sosok Ibu kelahiran tahun 1968 ini. Mengingat perjuangannya yang tiada henti benar-benar sangat mencerminkan malaikat tanpa sayap yang dikirimkan oleh tuhan untuk aku, kakak, adik dan ayahku. Bertaruh nyawa dilakukan sejak melahirkan tiga orang anak. Tak bisa kita bayangkan betapa perihnya saat dimana ibu melahirkanku, bagaikan 20 tulang yang diretakkan secara bersamaan. Hal itu dirasakan tiga kali olehnya.
Mengawali hidup dan membangun keluarga dari lembaran yang sangat kosong bahkan titik nol, Ibu mampu menjadi wanita dibalik kesuksesan ayahku. Menghadapi keluarga yang jatuh bangun juga tak pernah sedikitpun keluh kesah dilontarkannya. Memberikan semangat kecil dan paling terbesar yang pernah dimilikinya selalu hanya untuk keluarga. Berada di titik terbawah sekalipun, senyuman dan pengorbananya jugalah yang menjadi kekuatan aku, adik,kakak dan ayahku hingga bertahan seperti sekarang. Kurasa di dunia ini hanyalah Ibu yang mampu menerima kekurangan aku, adik, kakak dan ayahku.
Ibu hidup dengan amat sangat mandiri. Mulai merasakan pahitnya kehidupan sejak usia 15 tahun, sejak itu juga Ibu mulai bekerja untuk dirinya beserta keluarga angkat yang telah berjasa mengasuhnya dari pilu yang dirasakan karena telah dibiarkan hidup sendiri oleh keluarga kandungnya. Hal itu menjadi kisah klasik yang pahit sekaligus pemanis yang pernah dimiliki dan menjadi pengalaman yang sangat luar biasa baginya. Itulah mengapa Ibu sangat tangguh dan selalu memberikan apapun yang terbaik untuk anak bahkan keluarganya.
Membangun mimpi-mimpi besarnya bersama kekasih hidupnya selalu diperjuangkan dan tak kenal henti.. Memberikan pendidikan setinggi-tinggi mungkin kepada ketiga anaknya adalah mimpi terbesarnya. Satu hal yang aku bangga dari ibuku. Mendidik aku dengan selalu memberikan kebebasan kepadaku melakukan hal yang kugemari tanpa adanya larangan dan membiarkanku menemukan jati diriku tanpa adanya paksaan merupakan hal yang mungkin tak kudapatkan dari ayah bahkan orang lain. Itulah yang menjadikan aku terus berpikir bahwa Ibu sangat besar memberikan kepercayaannya kepadaku. Akupun harus menjaganya dengan aku menjadi anak yang Ibu inginkan dan Ibu banggakan.
Baginya keluarga adalah harta yang paling berharga. Kasih sayang yang selalu ia berikan terlebih hanya untuk keluarga. Kebahagiaan bahkan hidupnya rela ia berikan juga hanya untuk keluarga. Oh Ibu, bagaimana kuharus membalasa jasa-jasamu selama ini? Ah Tentu, jasa-jasamu tidak akan pernah terbalasakan olehku. Oh Tuhan, aku tak kuat menahan rasa ingin melinangkan air mataku apabila mengingat seluruh pengorbanan serta kasih sayang yang setiap detik Ibu berikan kepadaku selama ini. Terima kasih Ibu telah memberikan seluruh waktumu untuk keluarga kecil ini. Aku mencintaimu sejak dulu, kemarin, sekarang, besok dan selamanya.
(Winda Dwiyanti/ Politeknik Negeri Jakarta)