beritalima.com | Indonesia masih mengahadapi problem dalam proses ekspor ikan segar atau hidup yang melalui transportasi udara. Pasalnya, produksi ikan di Indonesia Timur seperti Ambon, Ternate, Jayapura, dan Bitung, harus dikirim terlebih dahulu ke Makassar, Denpasar atau Jakarta.
Dari daerah tersebut, ikan dikirim lagi ke tiga negara utama yaitu Singapura, Cina, dan Jepang. “Baru dari sana bergerak ke Eropa dan Amerika Serikat (United States),” demikian disampaikan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP, Profesor Sjarief Widjaja dalam Webinar Muhammadiyah pada Rabu, 9 September 2020.
Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Sunanto menilai hal tersebut sebagai prestasi tersendiri bagi KKP. Menurutnya, dengan proses yang tidak mudah, justru KKP mampu mengawal ekspor ikan Indonesia sampai ke negara-negara maju.
“Ini harus didorong terus dengan peningkatan prestasi di mata dunia” kata Sunanto.
Sosok yang akrab disapa Cak Nanto ini mengungkapkan, sudah menjadi tugas pokok KKP untuk terus mengembangkan produksi di sektor perikanan. Tujuannya agar kebutuhan konsumsi, khususnya ikan bisa terpenuhi oleh rakyat Indonesia.
“Karena Indonesia sebagaimana dikenal dunia adalah negara yang memiliki laut lebih luas dari daratan,” sambungnya.
Ke depan, Cak Nanto meminta KKP untuk terus meningkatkan ekspor perikanan guna menambah cadangan devisa. Harapan ini merupakan hal yang logis, lantaran potensi sektor kelautan Indonesia dianggap sangat luar biasa.
Jika hal ini bisa dilakukan, Cak Nanto optimis sektor kelautan dan perikanan mampu menjadi solusi di tengah kondisi ekonomi yang melemah akibat covid.
“Di level bawah harus ada upaya stimulus dari KKP dalam rangka meningkatkan produksi di sektor perikanan sehingga penyediaan ikan memadai dan grafik ekspor ikan terus meningkat” pungkas Tokoh Muda asal Madura itu.