KEDIRI, beritalima.com – Fenomena pladu atau ikan dalam kondisi mabuk, pasca mekanisme flushing atau penggelontoran, menjadi perhatian pladumania untuk mengadu nasib dipinggiran Sungai Brantas. Pladumania rela duduk ditepian Sungai Brantas sambil menunggu tanda-tanda datangnya ikan dalam skala besar.
Dari keterangan Danramil Kota Kapten Arm Bangun Budi Adi, penggelontoran air di waduk Lodoyo dan Wlingi, sebelumnya memang sudah diketahui warga, dan merekapun menyambut kedatangan fenomena tahunan tersebut. senin (11/3/2019)
Penggelontoran ini tidak lepas dari upaya menjaga kedalaman air yang ada di waduk Lodoyo dan Wlingi. Otomatis, bila penggelontoran dilakukan, endapan didasar waduk ikut terbawa air, dan dampaknya terjadi pada ikan-ikan di sungai yang dialiri air hasil flushing tersebut. Dengan debit air sekitar 300 meter kubik perdetik, aliran air flushing ini akan melaju di Sungai Brantas dengan kecepatan sekitar 30 kilometer per jam diikuti peningkatan debit air.
Upaya mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, terkait terlalu besarnya animo warga, hingga kurang hati-hati atau mengesampingkan keselamatan jiwa, saat mencari ikan di Sungai Brantas, Koramil Kota menerjunkan 6 orang anggotanya berjaga-jaga di tepian sungai.
Senada hal itu, Koramil Mojoroto yang berada di wilayah barat sungai, juga melakukan hal serupa, yaitu menurunkan 6 orang anggotanya, guna mengantisipasi warga yang kurang memperhatikan faktor keselamatan saat mencari ikan.
Disamping itu, hujan yang terus menerus mengguyur Kediri, mengakibatkan tanah disekitar tepian Sungai Brantas dalam kondisi becek dan rawan terpeleset. Selain faktor tanah yang becek, kondisi arus air Sungai Brantas dipastikan cukup rawan, lantaran ketinggian air diatas normal dan laju air cukup deras
Menurut keterangan Danramil Mojoroto Kapten Czi Muklasin, fenomena pladu ini terjadi sekitar dini hari, atau dalam artian kondisi masih gelap, lantaran matahari masih belum menunjukkan taringnya.
Fenomena pladu ini secara rutin tiap tahun, dan terjadi antara bulan maret hingga april. Peralatan menangkap ikan seperti kail, jala, cikrak, dan tomblok, menjadi pemandangan yang akrab saat fenomena pladu terjadi.
Ikan-ikan di Sungai Brantas mudah sekali ditangkap lantaran ikan dalam kondisi mabuk berat, karena air yang keruh. Air keruh ini disebabkan air yang datang dari hulu dalam jumlah banyak. Ikan yang tidak kuat, akhirnya mengambang di permukaan dan dengan mudah diambil.
Berbagai jenis ikan, seperti lele, kutuk, bader, tombro, dan lain-lainnya, sudah umum bakal memenuhi sepanjang Sungai Brantas. Sebagian warga mencari ikan untuk dikonsumsi sendiri, tetapi ada juga yang menjual ikan hasil tangkapan ke pasar atau orang lain.
Memang tidak ada larangan untuk mencari ikan di Sungai Brantas, saat fenomena pladu terjadi, namun keselamatan jiwa tetap berstatus nomor satu dan tidak boleh diabaikan ,hanya gara-gara ingin memperoleh ikan sebanyak mungkin. (dodik)