BANGKALAN, beritalima.com | Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Cabang Bangkalan merespon keras polemik tentang soft copy sejarah yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia, Selasa (20/04).
“Memalukan sekali cara-cara penghilangan sejarah yang dilakukan mereka (Kemendikbud) ini, Padahal peran Hadhrotusyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam kemerdekaan Indonesia, khususnya peristiwa 10 November sangat besar” Ujar Irham Maulidy Ketua IKAPETE Bangkalan.
Irham menambahkan “Kami menuntut agar kasus ini jangan dibiarkan berlalu begitu saja, tapi harus diusut dan siapa saja pejabat yg terlibat dalam penyusunan buku sejarah tersebut”. “Masak sejarah bangsa juga akan di Korupsi” imbuh Irham yang juga Wapres LIRA ini.
Seperti diberitakan sebelumnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah membuat buku sejarah, dalam buku tersebut tidak ada sejarah perjuangan Hadhrotusyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan juga Presiden RI ke 4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Malah anehnya memuat Abu Bakar Ba’asyir yang notabene merupakan narapidana terorisme dan tidak mengakui Pancasila.
Pihak Kemendikbud melalui Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid telah memberikan klarifikasi bahwa Buku tersebut disusun pada Tahun 2017, sebelum periodesasi Nadim Makarim, dan sampai saat ini belum di lakukan penyempurnaan dan penerbitan” ujar Hilmar dalam keterangan pers nya.
Berikut ini siaran pers dari PP. Tebuireng Jombang.
Siaran Pers
Sikap Pesantren Tebuireng Terhadap Materi Kamus Sejarah Indonesia
“Kamus Sejarah Indonesia Tidak Dapat Digunakan Sebagai Pedoman Sejarah di Indonesia”
JOMBANG–Berkenaan dengan beredarnya softcopy Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building) yang diterbitkan oleh Direktorat Sejarah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pesantren Tebuireng Jombang merasa perlu menyampaikan sikap sebagai berikut:
1. Naskah tersebut sama sekali tidak layak dijadikan rujukan bagi praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia, karena banyak berisi materi dan framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama, terutama peran Hadlratus Syaikh KH Mohammad Hasyim Asy’ari;
2. Di antara framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama sebagaimana dimaksud dalam butir 1 (satu) di atas adalah tidak adanya lema Nahdlatul Ulama dan KH. Hasyim Asy’ari dalam Jilid I dan Jilid II Kamus Sejarah Indonesia tersebut;
3. Jika dicermati lebih dalam, narasi yang dibangun dalam kedua jilid Kamus Sejarah Indonesia tersebut tidak sesuai dengan kenyataan sejarah, karena cenderung mengunggulkan organisasi tertentu dan mendiskreditkan organisasi yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa naskah tersebut tidak layak menjadi rujukan para praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Di luar itu, banyak kelemahan substansial dan redaksional yang harus dikoreksi dari konten Kamus Sejarah Indonesia tersebut;
4. Sejarah sebuah bangsa sangat penting untuk membangun peradaban di masa yang akan datang. Tidak ada satu bangsa yang menjadi besar tanpa memahami dan mempelajari sejarah leluhurnya. Karena itu, penulisan sejarah yang jujur merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa;
5. Berkenaan dengan hal-hal tersebut, Pesantren Tebuireng Jombang menuntut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menarik kembali naskah tersebut dan meminta maaf kepada seluruh bangsa Indonesia atas kecerobohan dan kelalaian dalam penulisan kamus sejarah tersebut.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga menjadi koreksi dan refleksi bagi kita semua.
Tebuireng, 20 April 2021
Nur Hidayat
Humas Pesantren Tebuireng