SURABAYA, beritalima.com – Menghadapi masalah makin berkurangnya tenaga ahli di bidang industri pertekstilan saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi kepengurusan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) Jawa Timur.
Para pengurus Ikatsi Jatim, menyampaikan masalah itu kepada Wakil Gubernur Jatim, Dr.Emil Elestianto Dardak saat pengarahan kepada para pengurus DPW Ikatsi Jatim yang baru dilantik.
Saat diskusi terbuka itu, Emil Dardak, mendapat laporan, salah satu kebutuhan mendesak saat ini adalah, perlunya dihidupkan kembali perguruan tinggi bidang pertekstilan.
Lukas, salah satu pengurus Ikatsi Jatim, menyebutkan, perguruan tinggi yang tepat untuk itu adalah, Politeknik Pertekstilan. Hal ini, katanya. sudah pernah disampaikan Ikatsi Jatim ke Kemendikti di Jakarta dan disambut baik.
Emil Dardak berjanji akan memberi perhatian terhadap usulan ini. Nanti akan disampaikan kepada ibu Khofifah, gubernur Jatim, katanya.
Pelantikan dan pengukuhan DPW Ikatsi Jatim, berlangsung Selasa (15/10/2019) di Balai Diklat Industri Jatim di Surabaya oleh Ketua DPP Ikatsi, Ir.Suharno Rusdi.
Menyinggung masalah pertekstilan saat ini, menurut Suharno, bukan saja di Jatim, namun terasa di seluruh Indonesia. Hal itu sangat dipahami oleh para ahli tekstil yang tergabung di Ikatsi. Oleh sebab itu ia yakin pengurus yang baru dilantik bisa melaksanakan amanah masyarakat Indonesia ini.
Pengurus DPW Ikatsi Jatim yang dilantik, adalah: Ketua, Haryono, BkTeks,ST dan Wakil Ketua, Dr.Ir.Nelly Budhiharti,MSIE. Sekretaris, Edy Sutikno,AmdTeks,SE,MM dengan Wakil Sekretaris, HM Yousri Nur Raja Agam, BkTeks,SH. Bendahara, Totok Supriyono,BkTeks dan Wakil Bendahara, Slamet Basuki,AmdTeks.
Kepengurusan ini dilengkapi Dewan Pengarah yang diketuai kepala Dinas Perindusterian dan Pergadangan (Perindag) Jatim, dan Wakil Ketua, Ir.H.Hasnul Usman, MM, serta anggota: Mohadi,S.Sos,MM, Dicky Sumitro,BScTex, Aryani Widagdo dan Sri Kholifah.
Di samping itu, juga ada bidang Fungsional dan Bidang Sektoral.
Wagub Jatim, Emil Dardak, menyatakan, kebangkitan Ikatsi saat ini, adalah membahas kecenderungan menyusutnya jumlah perusahaan tekstil di Indonesia. Sebagaimana diketahui dunia pertekstilan di Indonesia, termasuk Jawa Timur booming dan berkembang pesat sejak 1980-an.
Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) kita, mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kegiatan ekspor TPT dari Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Dulu, di Jawa Timur, perusahaan tekstil mencapai jumlah 200-an pabrik besar Sekarang jumlahnya menyusut tajam. Penyusutan jumlah perusahaan itu di antaranya akibat makin tuanya mesin-mesin tekstil dan kurangnya peremajaan, ulas Emil Dardak.
Wagub Jatim mengakui, akhir-akhir ini persaingan dengan produsen negara lain semakin ketat, salah satu penyebabnya adalah akibat pasar bebas global. Kecuali itu, produsen dalam negeri menghadapi tantangan yang cukup berat dengan melimpahnya ekspor barang TPT dari luar negeri, terutama dari China.
Persaingan dagang antara Amerika Serikat dengan China juga berdampak terhadap produksi, pemasaran dan bisnis TPT di Indonesia.
Menurut Ketua Ikatsi Jatim Haryono, menghadapi tantangan itu, maka Ikatsi, pada Kongres ke-8, yakni 8 Maret 2019 lalu di Jogjakarta, menyampaikan rekomendasi Selain ke berbagai perguruan tinggi tekstil dan perusahaan tekstil dalam negeri, juga kepada Pemerintah, melalui kementerian yang terkait.
Saat kongres itu, Ikatsi juga berharap untuk memperbaiki struktur industri tekstil guna mengantisipasi pasar yang VUCA (Volatile Uncertainty Complex Ambigu) membentuk katahanan industri tekstil nasional melalui kemandirian bahan baku tekstil yang dapat diproduksi di Indonesia.
(**)