JAKARTA, Beritalima.com– Politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Komisi VII DPR RI, Dr H Mulyanto menuding Pemerintah Peemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak konsisten menurunkan impor minyak dan gas (miigas).
Hal ini mengakibatkan, ungkap wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Banten itu, defisit transaksi berjalan dari sektor migas terus membengkak. “Pengelolaan impor migas nasional terlihat makin tidak terkendali. Apa Pemerintah kalah menghadapi tekanan para mafia Pemerintah harus mengklarifikasi soal ini,” kata Mulyanto.
Dari data yang ada, Mulyanto tidak melihat upaya Pemerintah mereduksi nilai impor migas di tahun ini. Padahal kebijakan itu diharapkan secara langsung dapat menurunkan defisit transaksi berjalan dari sektor migas, khususnya BBM dan gas LPG.
Mulyanto justru melihat, Pemerintah melepas kendali impor migas. Akibatnya defisit transaksi berjalan dari sektor migas kembali melebar. Karena itu Mulyanto minta Pemerintah bersungguh-sungguh dan konsisten dalam menangani masalah ini.
Sebab di tengah ruang fiskal kita yang terbatas, defisit transaksi berjalan ini harus ditekan seminimal mungkin, agar uang tidak lari keluar. Harus diakui kondisi keuangan Negara saat ini sedang sulit. Bahkan untuk membiayai berbagai program penanggulangan pandemi Covid-19 saja tidak memadai dan harus berutang.
“Jadi, sudah sepantasnya, impor migas yang dapat menguras devisa Negara ini dibatasi dan disubstitusi dari sumber domestik,” jelas Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI bidang Industri dan Pembangunan ini dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu (19/6).
Data mutakhir BPS menunjukan, Mei 2021 terjadi lonjakan impor migas 1,06 milyar dolar AS atau naik 212 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu (y-on-y). Defisit transaksi berjalan untuk sektor migas Mei tahun ini 1,12 milyar, bila dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun lalu (y-on-y) meningkat 1020 persen. “Ini angka fantastis. Meroket lebih dari sepuluh kali lipat.”
Rata-rata bulanan defisit transaksi berjalan sektor migas di tahun ini 0.933 milyar dolar AS. Dengan demikian, diprediksi total defisit transaksi berjalan sektor migas 2021 meningkat menjadi 11 milyar dolar AS. Padahal 2019 hanya 10 milyar dolar AS. Tahun lalu hanya 6 milyar dolar AS.
Itu artinya, kembali terjadi peningkatan defisit transaksi berjalan sektor migas pada 2021. Angkanya diprediksi mencapai 86 persen dibandingkan 2020. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya defisit transaksi berjalan sektor migas ini sudah cenderung menurun.
Defisit transaksi berjalan sektor migas 2019 hanya 10 milyar dolar AS, mengalami penurunan 20 persn dari tahun sebelumnya yang 12.7 milyar dolar AS. Dan. bahkan 2020, defisit transaksi berjalan sektor migas ini 6 milyar dolar AS, mengalami penurunan tajam 41 peersen dari tahun sebelumnya yang mencapai 10 milyar dolar AS.
“Saya mendesak Pemerintah pimpinan Presiden Jokowi waspada dengan impor dan neraca perdagangan sektor migas di semester kedua tahun 2021 ini, karena khawatir terjadi lonjakan kembali,” demikian Dr H Mulyanto. (akhir)