SIDOARJO, beritalima.com | “Pokok’e aku maju lewat PKB. Nek PKB gak ngrekom, yowes gak melu Pilkada. Aku gak dadi Bupati gak patek’en. Aku gak gelem khianat, Cak,” ujar Cak Nur sebelum maut menjemput, saat ngobrol santai di bilangan cafe Jalan Yos Sudarso, Sidoarjo.
Raut mukanya serius kala berbicara itu. Begitulah dia. Sangat kuat pendiriannya. Sangat menghormati partainya. Dan kalau sudah bicara begitu tampaknya tidak ada satupun yang bisa merubahnya.
Kesantunannya diakui warga Sidoarjo. Tetapi, dia tidak ragu melawan ketidakadilan. Suaranya meledak bila didholimi. Dan dia mengaku pernah didholimi. Namun tidak segan meminta maaf bila mengecewakan seseorang.
Pernah usai mengikuti pertemuan di sebuah acara dengan Gubernur di Gedung Grahadi, Cak Nur seperti menyalahkan dirinya sendiri. “Aku gak enak karo Bu Khofifah, acara mau aku ngomong rodok kenceng. Tapi wes kadung,” ucapnya menyesali.
Sebagai politikus yang dibesarkan PKB, ia merasa loyalitas dianggapnya sebuah harga mati. Tentang ada kader-kader PKB mencalonkan Bupati, dia pun menghormati. “Itu keinginan wajar dalam berpolitik. Dan kita harus menghormati keinginan itu,” ujarnya rileks.
Cak Nur telah menunjukkan jiwa besarnya. Menghormati demokrasi. Ia menyadari tidak mudah mendapat rekom. “Jujur saya tidak punya uang. Kalau Pilkada ukurannya adalah miliaran, saya tidak punya,” ucapnya.
Almarhum sejatinya akan berjuang bagaimana mengedukasi masyarakat dalam Pilkada 2020 untuk tidak memilih pemimpin berdasarkan uang. Sampai kapanpun akan sulit menemukan pemimpin yang baik bila uang yang berbicara.
“Money politik adalah sampah yang harus dibuang dari Sidoarjo. Saya akan berjuang bagaimana menjadi Bupati tanpa money politik,” tuturnya.
Banyak contoh tokoh yang tidak direkom partainya menjadi kutu loncat. Yang penting tujuan politiknya tercapai. “Saya tidak mau seperti itu. Bagi saya itu tabu,” sambungnya.
Tokoh yang santun, murah senyum dan rendah hati itu kini berpulang selamanya. Sidoarjo kehilangan tokoh besar. Tokoh pengayom yang sebenarnya digadang banyak masyarakat Sidoarjo untuk jadi Bupati Sidoarjo 2021-2026.
Jabatan Plt Bupati dan Ketua Gugus Tugas Covid-19 dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Bekerja pagi sampai larut malam sudah hal biasa. Tugas itu merenggut nyawanya.
Dia korbankan segenap jiwa raganya untuk masyarakat Sidoarjo. Dikesampingkan rasa lelahnya. Rasa takut dan was-was oleh Covid-19. Resiko yang mengancam nyawa diabaikan demi pengabdiannya pada masyarakat.
Cak Nur seorang pekerja keras dan ini (mungkin) salah satu kelemahan. Ia merasa yakin dengan kekuatan imun tubuhnya, sehingga lupa virus yang jadi musuh dunia pelan-pelan menghampirinya. (hadi/gan)