Indonesia Bakal Hadapi Tantangan Ekonomi Cukup Berat

  • Whatsapp
Tantangan perekonomian Indonesia tambah berat (foto: abri)

Jakarta, beritalima.com |– Sejumlah elit Pemerintah sering menyebut perekonomian Indonesia solid, bisa melewati inflasi, dan lain sebagainya. Bagi pengamat perekonomian dan perbankan Adrian Panggabean, berbeda sekali cara menilainya.

Sebagai ekonom senior, mantan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang kemudian berkarir di industri keuangan, perbankan, dan investasi sertai 30 tahun lebih karirnya dihabiskan di luar negeri, Adrian justru cemas melihat kondisi perekonomian Indonesia saat ini.

Adrian Panggabean (AP) yang meraih gelar doctor dari University of Birmingham, Inggris, kini bekerja sebagai konsultan untuk badan multilateral dunia, dan komisaris di salah satu grup perbankan terbesar di Asia Tenggara, memberikan beberapa pandangannya kepada beritalima (BL) dibawah ini:

BL. Belakangan ini Pemerintah sibuk dengan rencana kebijakan Indonesia emas 2045. Salah satu indikasinya dengan potensi RI akan menjadi negara terbesar keempat. Bagaimana anda menilainya dari sisi perekonomian?

AP. Sulit membayangkan Indonesia bisa mencapai target pendapatan perkapita US$13.000 di tahun 2045. Karena itu mengharuskan Indonesia tumbuh antara 8-9% setiap tahunnya, mulai tahun 2024 sampai 21 tahun kedepan. Sementara selama 20 tahun terakhir Indonesia hanya sanggup tumbuh 5% tiap tahunnya. Pertumbuhan angkatan kerja kita sudah menurun, pertumbuhan produktivitas (baik produktivitas manufaktur, pertanian, tenaga kerja, atau produktivitas total) stagnan di kisaran 0-1% saja pasca Reformasi, dan pertumbuhan modal pun biasa-biasa saja alias tidak pernah spektakuker.

BL. Presiden terpilih (2024) Prabowo Subianto memuji Presiden Jokowi yang berhasil membuat situasi tidak terkena inflasi seperti halnya kebanyakan negara umumnya. Bagaimana menurut anda?

AP. Inflasi yang diukur dari Indeks harga konsumen memang relatif rendah. Tapi itu terjadi sebagian akibat masuknya produk murah dari China. Juga karena ditahannya harga BBM dan beras. Tapi kalau inflasi dilihat dari Indeks biaya hidup, angka inflasi di Indonesia naik cukup banyak, didorong oleh naik tajamnya harga aset. Masalah terbesar inflasi Indonesia berasal dari faktor tata niaga. Rasanya ini tidak banyak beda dengan negara lain. Eropa dan Amerika sejak dua tahun terakhir mengalami masalah inflasi sebagai konsekuensi dari 3 faktor: naik tajamnya harga aset, pengaruh quantitative easing (banjir uang pasca krisis global 2008 dan Covid 2020-2021), dan konflik dengan Rusia di Ukraina yg mereka ciptakan sendiri yg berujung pada harga energi dan kendala pasokan produksi di wilayah EU (European Union) dan Amerika.

BL. Dalam Bahasa yang paling sederhana, bagaimana sebenarnya kondisi perekonomian kita sekarang. Beratkah tantangannya?

AP. Saat ini berat. Kedepannya akan lebih berat.

BL. Bagaimana dampak dan peran bagi UMKM?

AP. Sejauh ini sektor UMKM berjalan biasa-biasa saja. Tidak ada yang spektakuler. Tidak ada pula yang sangat mengkhawatirkan.

BL. Maksudnya?

AP. UMKM, agar bisa berkembang sangat baik, membutuhkan beberapa elemen. Pertama, ekosistem yang lengkap. Kedua, penataan mata rantai produksi yang lebih rapih, agar UMKM lebih terkait dengan mata rantai produksi di sektor industri besar. Ketiga, UMKM juga membutuhkan pasokan tenaga vokasi yang sangat banyak. Ketiga elemen ini selama 25 tahun terakhir belum terbangun secara baik. Akibatnya peran UMKM terhadap produk nasional bruto tetap kecil.

BL. Dibanding negara tetangga di lingkungan Asean, bagaimana anda menilai perekonomian kita?

AP. Vietnam nampak jelas ekonominya bergeliat lebih kuat dibandingkan Indonesia. Laos ekonomi banyak bergerak karena berangkat dari basis yang relatif rendah. Kamboja pun demikian. Thailand, Malaysia, Singapura, punya tantangannya sendiri. Karaktet ketiga ekonomi ini berbeda-beda. Dan dengan mengacu pada konteks internal mereka, kinerja ekonomi mereka sebenarnya relatif baik. Bahkan di beberapa sektor, ketiga negara ini berpotensi menyedot aktivitas ekonomi kita. Misalnya di sektor layanan media/kesehatan, elektronik, otomotif, pertanian, dan jasa keuangan.

BL. Soal utang luar negeri Indonesia yang terus bertambah, anda cemaskah?

AP. Saya pribadi cemas.

Jurnalis: Abriyanto

 

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait