Indonesia Harus Bebas COVID-19, Vaksin Mana Yang Lebih Menjajikan ?

  • Whatsapp

Oleh :
DR.dr. Robert Arjuna FEAS*

Di era Pandemi yang tak berkesudahan yang mematahkan semua sendi kehidupan manusia, Pemerintah RI mengambil langkah pencegahan melalui Vaksinasi nasional secara gratis dan bertahap kepada semua komponen bangsa yang dimulai dari kelompok Nakes,orang tua berumur 60 th ke atas, journalis, seniman pelayanan masyarakat TNI/POLRI dan masyarakat umumnya dengan tujuan segenap banggsa dilindungi dari infeksi virus coronaa yang membahayakan karena Kasus penularan virus Corona COVID-19 di dunia masih belum menunjukkan penurunan angka infeksi.

Virus Corona sudah menginfeksi lebih dari 56 juta jiwa di dunia, 1 juta di antaranya meninggal, dan sembuh 39 juta jiwa.
Meski demikian, Vaksin untuk virus Corona COVID-19 masih terus dikembangkan oleh para ilmuwan di berbagai negara. Beberapa di antaranya sudah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Dengan adanya berbagai vaksin di dunia ini menimbulkan berbagai pertanyaan bagi kita yang mau divaksin,vaksin mana yang unggul dan baik untuk kesehatan kita.Terutama orang tua usia di atas 60th selalu bertanya pada saya Apa bisa divaksin dari ketentuan 11 macam penyakit yang tak boleh divaksin seperti penyakit darah tinggi, Diabetes, allergi dan lain lain?

PEMBENTUKAN IMUM/ANTIBODI
Seseorang dalam tubuhnya akan membentuk imum akan mengalami 2 cara yakni:
1. Terinfeksi oleh penyakit infeksi alias teryintas sehingga tubuh akan membentuk
macrophage dari Sel lymphocyte B dan lymphocyte T
2. Mendapat vaksin dari luar memacing tubuh membetuk imum untuk penangkalan.
Upaya memproduksi vaksin Covid-19 terus berlanjut di dunia, namun China telah mengambil langkah besar dengan dua calon – Sinovac and Sinopharm – yang telah dikirimkan ke sejumlah negara termasuk Indonesia. Tetapi apa yang kita ketahui sejauh ini tentang vaksin-vaksin China ini dan bagaimana perbandingannya dengan vaksin lain?
Perusahaan farmasi Sinovac berada di balik pengembangan CoronaVac. Sinovac adalah perusahaan
farmasi yang bermarkas di Beijing yang merupakan vaksin nonaktif.

Vaksin ini bekerja dengan menggunakan partikel virus yang dimatikan untuk menjaga kekebalan tubuh.
“Metode CoronaVac lebih tradisional dan berhasil digunakan dalam berbagai vaksin yang sudah terkenal seperti rabies,” kata Profesor Luo Dahai dari Nanyang Technological University.

Indonesia sudah berhasil menggunaakan vaksin Sinovac , Brasil dan Turki. Pekan lalu data awal dari uji klinis final di Turki menunjukkan vaksin itu efektif 91,25%. Yin dari Sinovac mengatakan uji dilakukan pada lebih dari 1.000 relawan”hanya sebagian menunjukkan kelelahan atau tak nyaman sebagai efek samping tak lebih dari
5%.

Sementara vaksin Moderna dan Pfizer yang dikembangkan di Barat adalah vaksin mRNA. Vaksin ini menggunakan kode genetik virus corona yang diinjeksikan ke tubuh, dan memicu badan memproduksi protein virus, yang diharapkan cukup untuk sistem kekebalan tubuh.dan harus disimpan di suhu amat dingin dibawah 50 derajat celcius.

Di atas kertas, salah satu kelebihan Sinovac adalah dapat disimpan di kulkas biasa dengan suhu antara 2-8 drajat Celsius, seperti vaksin Oxford, yang dibuat dari virus yang dimodifinasi secara genetika.

Vaksin Moderna harus disimpan pada suhu -20C dan vaksin Pfizeer pada -70C.
Moderna mengatakan mereka merencanakan untuk mengapalkan 500 juta dosis pada 2021 sementara AstraZeneca mengatakan akan memproduksi 700 juta vaksin yang dikembangkan bersama Universitas Oxford pada akhir kwartal pertama tahun 2021.

Prof Luo menjelaskan “Vaksin mRNA adalah jenis baru vaksin dan saat ini belum ada contoh keberhasilan [vaksin-vaksin itu yang digunakan pada penduduk.”
Menurut data dari Our World In Data oleh University of Oxford, kini lebih dari 199 juta dosis vaksin COVID19 telah diberikan di seluruh dunia. Angka itu setara 2,6 juta dosis telah diberikan per 100 orang.

Dalam laporan yang dipublikasikan oleh The New York Times, vaksin yang paling banyak digunakan di dunia
adalah jenis vaksin buatan Amerika Serikat, Pfizer.
Jenis vaksin COVID-19 asal China yakni buatan Sinovac tercatat telah digunakan di 6 negara, termasuk di
Indonesia.
Ada juga vaksin asal Rusia yakni Sputnik V dengan efikasi sampai 91,6 persen yang berada di daftar 5 besar vaksin paling ‘laku’ di seluruh dunia. Vaksin ini digunakan di 9 negara.
Vaksin yang diproduksi Pfizer bersama perusahaan Jerman BioNTech disebut memiliki angka efikasi hingga 95 persen berdasarkan analisis interim uji klinis fase III. Tercatat, vaksin ini digunakan oleh sebanyak 61 negara di dunia, termasuk negara-negara Eropa dan Saudi Arabia. Selain Pfizer, vaksin COVID-19 lain yang juga banyak dipakai adalah vaksin asal Inggris buatan AstraZeneca dan University of Oxford. Vaksin ini memiliki beberapa kelebihan, terutama harga yang relatif murah dan proses penyimpanan maupun distribusi yang lebih mudah. Laporan Our World In Data oleh University of Oxford,berikut urutan jenis vaksin COVID-19 dengan negara pengguna terbanyak di dunia adalah ;
1. Pfizer-BioNTech digunakan di 61 negara
2. Oxford-Astrazeneca digunakan di 41 negara
3. Moderna digunakan di 27 negara
4. Sinopharm Beijing digunakan di 10 negara
5. Gamaleya (Sputnik V) digunakan di 9 negara
6. Sinovac digunakan di 6 negara
7. Sinopharm Wuhan digunakan di 2 negara
8. Bharat Biotech digunakan di 1 negara
Berikut ini kami tampilkan beberapa jenis vaksin dan keu ggalnnya masi g masing:
1. Sinovac ,Perkembangan vaksin COVID-19 kembali menyampaikan kabar baik. Kali ini, hasil awal uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac asal China, CoronaVac, berhasil memicu respons imun yang cepat.Namun, catatannya tingkat antibodi yang dihasilkan lebih rendah daripada antibodi dimiliki seseorang pasca pulih dari COVID-19. Para peneliti menyebut hasil awal uji klinis vaksin COVID-19 tersebut dapat menunjukkan perlindungan yang
cukup. Sementara itu, CoronaVac dan empat vaksin eksperimental lainnya yang dikembangkan di China saat in sedang menjalani uji coba tahap akhir untuk menentukan apakah benar efektif mencegah COVID-19.

2. Pfizer mengumumkan bahwa hasil akhir uji klinis tahap akhir vaksin COVID-19 buatannya menunjukkan efektivitas 95 persen. Efikasi atau kemanjuran vaksin COVID-19 yang dikembangkan bersama BioNTech asal Jerman ini menunjukkan konsistensi pada sebaran demografi umur dan etnis. Tidak ada efek samping yang serius yang dilaporkan, pertanda bahwa imunisasi bisa dilakukan secara luas di dunia.Temuan lain yang cukup memuaskan
dari uji klinis vaksin ini adalah pada usia di atas 65 tahun, efikasi tercatat 94 persen.
Kelompok ini merupakan yang paling rentan terhadap risiko COVID-19.

3. Moderna Peerusahaan farmasi Moderna mengumumkan hasil awal uji klinis vaksin COVID19 buatannya. Efektivitas vaksin tersebut diklaim mendekati 95 persen Uji klinis melibatkan 30 ribu relawan di Amerika Serikat. Analisis awal didasarkan pada 95 relawan pertama yang menunjukkan gejala COVID-19. Dari jumlah tersebut, hanya 5 yang berasal dari kelompok penyuntikan vaksin sisanya 90 relawan berasal dari kelompok plasebo Tal Zaks, chief medical officer Moderna berkata bahwa”Efektivitas keseluruhan luar biasa Meski demikian, hasil analisis awal ini masih menyisakan sejumlah pertanyaan. Di antara berapa lama imunitas akan bertahan masih harus diamati lebih lanjut.”

Apapun jenis vaksin yang kita pakai semuanya adalah bagus tergantung anda mau divaksin atau tidak. Dan mulai terbentuk antibodi adalah minggu ke6 setelah divaksin,jangan cepat merasa le gah walaupun anda sudah divaksin lalu anda dianggap kebal. Setidaknya anda tetap mematuhi protokol kesehatan dan kuti info positif dari Pemerintah.semoga!

RobertoNews 943 《14.3.21(11,14)》
*Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait