JAKARTA, Beritalima.com– Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menyesalkan negara-negara maju di Eropa dan AS yang masih menjadikan Indonesia sebagai tempat pembuangan sampah, terutama plastik.
“Baru-baru ini terungkap kalau negara kita, ternyata juga dijadikan tempat sampah oleh negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa maupun di Amerika Serikat. Padahal produksi sampah kita sudah banyak,” ungkap Ketua bidang Perempuan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Gelora, Ratih Sanggarwati di Jakarta, Minggu (20/6).
Itu disampaikan Ratih saat menjadi Keynote Speaker dalam acara ‘Rumpi Gelora #9’ (Ruang untuk Maju Perempuan Indonesia Partai Gelora) dengan tema ‘Tips Minim Hidup Sampah’ pekan ini.
Menurut Ratih, sampah plastik sangat berbahaya buat kehidupan maupun kelangsungan hidup ekosistem di bumi sehingga kondisi saat ini semakin memprihatinkan. “Permasalahan sampah plastik sangat kompleks, harus kita pikirkan solusinya karena ancaman serius masa depan makhluk hidup di bumi ini,” kata dia.
Salah satu solusi yang bisa dilakukan perempuan Indonesia, lanjut Ratih, mengubah gaya berbelanja maupun sehari-sehari untuk tidak menggunakan produk berbahan plastik, beralih ke produk ramah lingkungan.
“Kita miris mendengar ada ikan paus terdampar di pantai dan saat dibedah perutnya ditemukan banyak sekali sampah plastik. Ada yang hidungnya tertancap sedotan, tentunya ini sangat memprihatinkan,” ungkap Ratih.
Ia berharap ‘Rumpi Gelora’ membuka mata semuanya, permasalahan sampah di Indonesia sudah pada taraf mengkhawatirkan. “Untuk itu, kita perlu berjuang menjadi solusi bagi masalah tersebut setidaknya dengan mengurangi sampah di lingkup keseharian kita,” kata dia.
Penerima Kartini Gelora Arwad 2020 asal DKI Jakarta, Efi Femiliyah mengatakan, dia telah menerapkan gaya hidup minim sampah dalam kehidupan sehar-hari, mengelola sampah organik, tak menggunakan produk plastik.
“Ini yang membuat saya memiliki toko tanpa kemasan. Kita tidak lagi pakai air kemasan. Kalau beli pecel ayam misalnya, bawa tempat sendiri, termasuk buat sambelnya. Kalau anak-anak tiba-tiba jajan minuman kekinian, saya bawakan gelas,” kata Efi.
Ditegasakan, gaya hidup serba instan membuat peningkatan sampah plastik secara signifikan. Dinilai, Indonesia sudah darurat sampah plastik yang perlu mendampatkan perhatian serius Pemerintah.
Diungkapkan penelitian di luar negeri yang dirilis 2019, ditemukanya mikroplastik dalam feses manusia yang tidak bisa terurai, ditemukan dalam bentuk kecil-kecil. “Plastik sudah tertelan, dan ditemukan di feses kita ada mikroplastik. Sebuah fakta yang sangat mengagetkan di akhir 2019,” kata dia.
Ditambahkan, Jakarta tengah kesulitan dalam mencari lokasi tempat membuang sampah, selain TPA Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat karena peningkatkan jumlah sampah setiap hari. Diprediksi Bantar Gebang akhir tahun ini tidak bisa menerima sampah dari DKI Jakarta.
“Bantar Gebang sudah terlihat seperti Candi Borobudur. Jadi persoalan sampah adalah persoalan serius, yang harus cepat dicarikan solusinya,” demikian Efi Femiliyah. (akhir)