Jakarta, beritalima.com| – Indonesia sebagai negara kepulauan, gelar Rapat Koordinasi Riset Kelautan nasional di Markas Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal), Jakarta (4/11). Rapat membahas sinergi dan penguatan riset kelautan nasional, dipimpin Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemendiktisaintek Mohammad Fauzan Adziman, Penasihat Khusus Mendiktisaintek, Laksamana TNI (Purn) Marsetio, serta Danpushidrosal Laksamana TNI Budi Purwanto.
Rakor dihadiri perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan enam universitas dari wilayah timur Indonesia, yakni Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar, Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Universitas Pattimura (UNPATTI) Ambon-Maluku, Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) Manado, Universitas Papua (UNIPA) Manokwari, dan Universitas Khairun (UNKHAIR) Ternate-Maluku.
Laksamana TNI (Purn) Marsetio bersama Gellwynn Jusuf dari Bappenas menekankan wilayah Indonesia Timur memiliki potensi kelautan luar biasa, namun masih membutuhkan penguatan riset signifikan. Keduanya menyoroti kebutuhan utama riset di bidang inventarisasi keanekaragaman hayati laut, pemantauan ekosistem pesisir, riset perikanan berkelanjutan, studi oseanografi dan perubahan iklim, serta kajian sosial-ekonomi maritim berbasis masyarakat lokal.
Peserta Rakor apresiasi dukungan Pushidrosal yang siap memfasilitasi riset nasional melalui penyediaan sarana dan prasarana penelitian, termasuk kapal riset terbaru KRI Canopus-936 yang akan memperkuat armada riset nasional pada 2026.
Sementara Dirjen Risbang Mohammad Fauzan Adziman menekankan pentingnya kolaborasi lintas lembaga dan lintas bidang dalam memperkuat kemandirian riset kelautan nasional. Riset kelautan, menurutnya, merupakan salah satu dari delapan prioritas riset nasional berperan strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maritim, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia peneliti di bidang tersebut.
Perwakilan perguruan tinggi dari wilayah timur Indonesia turut menyampaikan berbagai masukan dan aspirasi, terutama terkait keterbatasan fasilitas, pendanaan riset, serta perlunya pemerataan kesempatan dan jejaring kerja sama antar perguruan tinggi, dan menegaskan komitmen untuk berperan aktif dalam desain dan pelaksanaan riset kelautan yang selaras dengan kebijakan nasional.
BRIN soroti kolaborasi riset kelautan di Indonesia masih perlu diperkuat, mengingat banyak kegiatan ekspedisi dan penelitian yang belum optimal akibat keterbatasan infrastruktur. Ditekankan pula bahwa ketersediaan data laut yang akurat dan komprehensif sangat krusial, tidak hanya bagi pengembangan ilmu pengetahuan tetapi juga bagi kepentingan pertahanan negara.
Pushidrosal sebagai lembaga hidrografi nasional, menegaskan komitmennya untuk terus mendukung program riset kelautan. Hal ini telah dibuktikan melalui keberhasilan pelaksanaan tiga ekspedisi Jala Citra, yang menjadi contoh nyata sinergi antara lembaga pertahanan dengan sektor riset nasional.
Sebagai tindak lanjut, rapat sepakati pembentukan Kelompok Kerja Terbatas (Pokja) yang melibatkan Kemendiktisaintek, BRIN, Bappenas, perguruan tinggi, dan Pushidrosal, dengan tema “Penguatan Riset Kelautan dan Teknologi Menuju Indonesia Emas 2045.” Pokja ini berfokus pada pengembangan riset kelautan yang inklusif, berkelanjutan, dan berorientasi pada penguatan kemandirian riset nasional, khususnya di wilayah timur Indonesia.
Jurnalis: abri/dedy








