Beritalima.com ( Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh merilis data inflasi dan deflasi Januari 2025 yang menunjukkan dinamika harga sejumlah komoditas di wilayah tersebut. Kepala BPS Aceh, Ahmadriswan Nasution, 03-02-2025 mengungkapkan bahwa beberapa komoditas memberikan andil terhadap inflasi, di antaranya cabai merah sebesar 0,481 persen, ikan tongkol 0,175 persen, ikan 0,144 persen, dan bawang merah 0,095 persen. Sementara itu, komoditas yang berkontribusi terhadap deflasi mencakup angkutan udara (-0,014 persen) dan jeruk nipis (-0,014 persen).
Dalam skala tahunan (year-on-year/y-on-y), inflasi tertinggi tercatat di Kota Lhokseumawe, yakni sebesar 2,41 persen. Sebaliknya, Banda Aceh mencatatkan inflasi paling rendah, yaitu 1,12 persen. Perbedaan ini mencerminkan variasi harga komoditas di berbagai wilayah Aceh.
Pemantauan yang dilakukan BPS di lima kabupaten/kota—Aceh Tengah, Meulaboh, Aceh Tamiang, Banda Aceh, dan Lhokseumawe—menunjukkan adanya deflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan (month-to-month/m-to-m). Beberapa komoditas yang menyumbang deflasi tersebut antara lain cabai rawit, bensin, cabai merah, beras, dan ikan dencis.
Selain inflasi dan deflasi, BPS Aceh juga mencatat adanya penurunan nilai impor Aceh. Pada Januari 2025, nilai impor mengalami penurunan drastis hingga 59,93 persen atau menjadi US$ 42,66 juta. Komoditas impor terbesar berasal dari Pakistan, khususnya beras dengan nilai mencapai US$ 3,77 juta.
Di sisi lain, ekspor Aceh tetap didominasi oleh batubara, kopi, dan kondensat. Batubara mencatat nilai ekspor tertinggi, yaitu US$ 44,29 juta atau sekitar 62,21 persen dari total ekspor Aceh. Kopi menempati posisi kedua dengan nilai ekspor US$ 14,33 juta atau 20,12 persen, diikuti oleh kondensat sebesar US$ 7,72 juta atau 10,85 persen.
Selain tiga komoditas utama tersebut, Aceh juga mengekspor beberapa produk lainnya, seperti cangkang kelapa sawit (2,09 persen), furniture/perabot rumah (1,64 persen), dan ikan olahan/diawetkan (1,10 persen). Produk-produk ini turut memberikan kontribusi bagi perekonomian daerah.
Pada Desember 2024, impor Aceh hanya terdiri dari dua komoditas yang berasal dari tiga negara. Beras menjadi komoditas impor terbesar dengan nilai mencapai US$ 9,71 juta atau 96,6 persen dari total impor bulan tersebut.
Pemerintah Aceh memberikan apresiasi kepada BPS Aceh atas upaya mereka dalam menyajikan data statistik secara berkala. Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, melalui Kepala Biro Sekretariat Daerah (Sekda) Aceh, Zaini, menyatakan bahwa ketersediaan data yang valid sangat penting dalam mendukung pengambilan kebijakan ekonomi di Aceh.
Menurutnya, publikasi rutin dari BPS dapat membantu pemerintah dan pelaku usaha dalam merancang strategi ekonomi yang lebih efektif. Dengan data yang akurat, pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang lebih tepat guna dalam mengendalikan inflasi serta menjaga stabilitas harga di pasar.
BPS Aceh juga berharap adanya dukungan dari semua pihak agar penyediaan data statistik dapat terus berjalan dengan baik. Partisipasi aktif dari berbagai sektor sangat diperlukan guna memastikan bahwa data yang dikumpulkan benar-benar mencerminkan kondisi ekonomi di lapangan.
Sebagai upaya meningkatkan transparansi dan akurasi data, BPS Aceh berkomitmen untuk terus melakukan pemantauan terhadap pergerakan harga barang dan jasa secara lebih luas. Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kondisi ekonomi di Aceh.
Dengan adanya data statistik yang valid, diharapkan perekonomian Aceh dapat terus berkembang secara stabil dan berkelanjutan. Pemerintah Aceh juga akan terus berupaya mengendalikan inflasi serta menjaga daya beli masyarakat agar tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi global.,”(**)