KUPANG, beritalima.com – Perekonomian NTT sepanjang tahun 2017 tumbuh terjaga pada kisaran 5 persen dan diperkirakan akan berada pada kisaran 4,90 persen sampai 5,30 persen (yoy) pada akhir tahun yang didorong oleh peningkatan produksi dan penjualan dari sektor pertanian. Inflasi Provinsi NTT hingga November 2017 juga terkendali, yakni tercatat 2,70 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional sebesar 3,30 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Timur, Naek Tigor Sinaga menyampaikan hal itu dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Kamis (14/12).
Secara kumulatif dari Januari hingga November 2017, inflasi Provinsi NTT juga jauh di bawah nasional, yaitu 0,76 dibanding 2,87 persen, menjadikan inflasi Provinsi NTT terendah keempat secara nasional.
Hal ini merupakan hasil koordinasi dan sinergi yang erat antar pemangku kewenangan di Provinsi NTT melalui wadah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Satgas Pangan.
Dikatakan Tigor, pada bidang Stabilitas Sistem Keuangan, kinerja sistem keuangan di Provinsi NTT stabil. Penyaluran kredit tumbuh 13,35 persen (yoy) didorong oleh tumbuhnya penyaluran kredit rumah tangga dan korporasi.
Terkait pengembangan UMKM, kata Tigor, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT saat ini memiliki delapan klaster binaan, yakni Padi di Manggarai Barat, Sapi di Kota Kupang, Bawang Merah dan Tenun Ikat di Belu, serta Kopi dan Cabai di Sumba Barat Daya, serta terus mendukung pengembangan komoditas ekspor melalui Program Economic Development (LED). Bank Indonesia juga akan terus mendorong perbankan, agar pangsa penyaluran kredit UMKM yang saat ini sudah mencapai 34,24 persen dari total kredit, lebih tinggi dari nasional yang mencapai 20,28 persen, dapat semakin ditingkatkan.
Pada bidang sistem pembayaran, sejalan dengan program di tingkat nasional di Provinsi NTT juga telah dilakukan implementasi beberapa program kerja, antara lain, penyaluran Bantuan Non Tunai, elektronifikasi tata kelola layanan keuangan pemerintah, perluasan kawasan non tunai, dan penerbitan KUPVA BB ilegal.
Selanjutnya dia mengatakan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT juga terus berkomitmen menyediakan uang tunai yang layak bagi masyarakat dengan memanfaatkan kas titipan di delapan titik di Provinsi NTT. Program Bank Indonesia Jangkau, Kegiatan Layanan Penukaran Uang, serta melakukan upaya menekan perdaran uang palsu melalui program sosialisasi dan koordinasi dengan aparat penegak hukum, yakni kepolisian dan kejaksaan.
Bank Indonesia memperkirakan momentum pemulihan perekonomian Indonesia pada tahun 2018 dapat terus berlanjut dan pertumbuhan ekonomi NTT akan mampu tumbuh pada rentang 4,9 – 5,3 persen (yoy) dengan inflasi yang rendah di kisaran 3,5 hingga kurang lebih 1 persen. Pertumbuhan ekonomi terutama akan mendorong oleh konsumsi masyarakat yang tetap terjaga serta meningkatnya investasi di bidang insfratruktur konektivitas, kelistrikan dan sumber daya air.
“ Bank Indonesia juga melihat bahwa pertumbuhan masih dapat lebih ditingkatkan, seandainya kita fokus mengembangkan keunggulan komparatif daerah seperti industri pertanian lahan kering, peternakan, sektor pariwisata maupun kelautan”, katanya.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan utama terkait keterbatasan kapasitas SDM serta permasalahan lahan yang saat ini masih terjadi, agar pertumbuhan ekonomi dan kualitas pembangunan yang kuat serta investasi merata dapat tercapai dalam waktu lebih singkat.
Dalam pertemuan tersebut dihadiri Wakil Gubernur NTT, Benny Litelnoni, Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno, Forkopimda, Bupati dan Walikota, Kepala OJK, Pimpinan SKPD, Pimpinan Perbankan, Akademis, pengamat ekonomi, serta perwakilan sejumlah lembaga – lembaga di daerah. (L. Ng. Mbuhang)