TULUNGAGUNG, beritalima.com- RSUD dr Iskak Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mempunyai inovasi baru. Yakni aplikasi tombol darurat atau emergency button.
Menurut Direktur RSUD dr Iskak, dr Supriyanto Dharmorejo, Sp.B FINACS, aplikasi berbasis android ini untuk melindungi anak-anak, perempuan, dan orang tua yang kurang mampu melindungi diri dari ancaman.
“Aplikasi ini bernama “Emergency Button” berlogo tombol biru ini bisa diunduh melalui Playstore,” terang dr. Supriyanto Sp.B FINACS.
Aplikasi ini, menurutnya, diluncurkan tepat pada HUT Kemerdekaan ke-73 RI. 17 Agustus, kemarin. “Aplikasi ini dirancang oleh tim IT RSUD dr Iskak untuk mempercepat pemberian pertolongan,” tambahnya.
Tombol darurat ini, paparnya, terkoneksi dengan sistem besar di lantai dua, ruang command centre. Pada ruangan ini, terdapat beberapa operator yang bersiaga di depan layar monitor raksasa. Hampir seluruh sudut ruangan juga dipenuhi layar monitor ukuran 24 inci dengan berbagai sudut pandang situasi jalan dan peta Kabupaten Tulungagung.
Hebatnya, aplikasi ini diklaim jauh lebih efektif daripada nomor telepon darurat 911 seperti di Amerika Serikat.
“Karena dengan aplikasi ini, pemohon bantuan tidak perlu melakukan panggilan telepon untuk menghubungi pihak berwenang. Cukup menekan tombol biru di layar ponsel selama satu detik,” katanya.
Dengan aplikasi ini, paparnya, panggilan yang masuk ke command centre akan direspon operator seketika, dengan menelepon balik sesuai data yang dimasukkan saat memasang aplikasi. Hal tersebut karena didukung teknologi Global Positioning System (GPS). Sehingga operator mengetahui posisi pemohon.
“Jadi tidak perlu bingung tak memiliki pulsa karena sistem ini berbasis internet,” urainya.
Melalui saluran telepon ini, operator akan mengindentifikasi situasi darurat yang dialami warga dan menentukan langkah penanganan. Jika situasi darurat yang dihadapi menyangkut kesehatan, operator akan memandu langkah penyelamatan melalui telepon, sambil menunggu kedatangan petugas medis ke lokasi.
Kesalahan tindakan saat melakukan pertolongan pertama, terutama pada korban kecelakaan, tak jarang justru berakhir dengan kematian. Kasus yang pernah terjadi di Tulungagung, yakni korban kecelakaan lalu lintas yang tak sadar dalam posisi masih mengenakan helm di tengah jalan.
Korban hanya hilang kesadaran, tapi setelah diangkat oleh warga ke tepi jalan justru kehilangan nyawa. Kesalahan menangani korban membuat tulang lehernya patah karena yang bersangkutan masih mengenakan helm.
“Ini bisa kita hindari jika sejak awal ada panduan penanganan dari operator kami,” pungkasnya. (Yudi/editor:Dibyo).