SURABAYA, beritalima.com – Bangkit! Film action disaster pertama Indonesia ini seakan menjawab Indonesia bisa bikin film hebat kelas dunia.
Ceritanya, Jakarta dilanda banjir dahsyat. Seluruh kota dikepung air bah akibat badai musim dingin di benua Asia dan badai musim panas di benua Australia.
Vino G Bastian berseragam SAR dengan nama Addri berupaya menyelamatkan kota yang nyaris tenggelam.
Sebagai Tim SAR, Addri harus dihadapkan dengan pilihan antara peran seorang ayah dengan peran SAR yang siap kapanpun dibutuhkan masyarakat.
Addri harus kehilangan Eka, putri pertamanya, karena menyelamatkan seorang anak yang terseret arus derasnya air bah di tengah kota.
Addri pun dianggap istrinya, Indri, lebih mementingkan orang lain daripada keluarga. Adegan aksi penyelamatan dramatis itu awal dari aksi-aksi berat Vino G Bastian dalam film berjudul Bangkit.
Bendungan Katulampa jebol. Banjir merendam seluruh kota. Disusul gempa dahsyat yang memporak-porandakan gedung-gedung pencakar langit. Jakarta lumpuh.
Film bergenre Action Disaster pertama di Indonesia ini menyuguhkan tontonan yang tak biasa dari film-film Indonesia.
Menggunakan 1300 shot dengan memanfaatkan teknologi computer generated imagery (CGI), film ini mampu menghadirkan dahsyatnya bencana alam.
Dalam konferensi pers di Surabaya Town Square (Sutos), Sabtu (16/7/2016), Vino G Bastian mengaku banyak mendapat pelajaran dalam shoting film ini.
“Berperan sebagai Tim SAR, pertama yang harus dijaga adalah fisik. Aksi penyelamatan butuh fisik yang prima, bukan cuma gaya-gayaan gede badannya,” ujarnya.
Dia mengaku sangat tertolong dengan film ini, sehingga perannya sebagai aktor selalu naik kelas. “Kami harus workshop dengan Paskas TNI dan Basarnas. Saya harus menyelam berulang kali,” tuturnya.
Sang sutradara, Rako Prijanto, mengatakan, hadirnya film Bangkit ini menjadi bukti profesionalisme pekerja (SAR, PMI dan BMKG).
Menurutnya, film ini menegaskan daya saing film Indonesia tidak kalah dengan film-film kelas dunia.
“Kami membuat Water tank berukuran 200×100 meter berisikan air yang diberi efek ombak dan jalur khusus kamera, sehingga menghasilkan gambar yang konstan,” terangnya.
Dia juga menyebutkan kalau film ini sudah bukan lagi menggurui soal lingkungan. “Dengan menghadirkan bencana besar sudah cukup menjadi pelajaran untuk manusia agar lebih waspada dan menjaga alam,” kata Rako.
Film ini memang lebih lengkap bila ditonton. Penonton juga akan disuguhi kecerdasan ilmiah seorang staff BMKG bernama Arifin yang diperankan Deva Mahenra.
Dengan teknologi canggih dan layar sentuh, peralatan di kantor BMKG dibuat seolah sangat modern dan penuh penjelasan ilmiah.
Film ini juga mendapat apresiasi dari Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Pemerintah DKI Jakarta. Pengisi soundtrack film ini juga cukup pas, yakni band Nidji yang banyak menyuarakan pesan moral bahwa “Menyerah Bukanlah Pilihan”.
Film yang pembuatannya menghabiskan dana Rp13 miliar ini akan tayang serentak di Bioskop Surabaya pada 28 Juli 2016 mendatang. (Ganefo)