Inilah Langkah Strategis Bank Jatim Hadapi Persaingan Industri Perbankan

  • Whatsapp
Dirut Bank Jatim, R.Soeroso (tengah), bersama 6 direksi lama dan baru.

SURABAYA, beritalima.com – PT Bank Pembanguan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) melakukan perubahan susunan pengurus perseroan. Selain seorang dewan direksi diganti, juga menambahkan 2 anggota dewan direksi baru.

Perubahan itu dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) di Kantor Pusat Bank Jatim di Surabaya, Kamis (15/6/2017). Bank Jatim mengusulkan penggantian Direktur Kepatuhan yang sebelumnya dijabat Eko Antono digantikan Hadi Santoso.

Selain itu ada penambahan 2 direksi baru, yakni Direktur Keuangan yang dijabat Ferdian Timur Satyagraha, dan Direktur Manajemen Risiko yang dijabat Rizyana Mirda.

Direktur Utama Bank Jatim, R Soeroso, mengatakan, perubahan susunan pengurus perseroan ini merupakan langkah strategis dalam menghadapi persaingan industri perbankan yang semakin ketat.

“Industri perbankan berkembang sangat cepat, sehingga kami juga harus melakukan perubahan-perubahan untuk tetap bisa bersaing di pasar,” kata Soeroso.

Ditegaskan, penambahan jabatan direksi ini sudah melalui kajian mendalam, dimana mempertimbangkan bisnis Bank Jatim yang semakin besar dan tantangan yang semakin kompleks.

“Untuk itu, kami putuskan menambah jabatan Direktur Keuangan dan Direktur Manajemen Risiko guna menghadapi tantangan tersebut,” kata Soeroso pada media seusai RUPS-LB.

Akan tetapi, ketiga pejabat direksi baru tersebut masih akan menjalani proses fit and proper test yang akan dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelum ditetapkan sebagai direktur definitif.

Menurutnya, khusus untuk jabatan Direktur Manajemen Risiko sangat diperlukan, karena saat ini Bank Jatim menghadapi tantangan kredit bermasalah, dimana tingkat rasio Non performing Loan perseroan cukup tinggi.

Pada bulan Mei 2017 tercatat NPL perseroan mencapai 4,78%, hampir sama dibandingkan periode yang sama tahun 2016 dimana NPL Bank Jatim tercatat 4,79%.

“Nantinya direktorat manajemen risiko ini yang akan melakukan kajian, mana saja skim kredit yang NPL-nya rendah untuk kita dorong. Dengan risiko yang bisa dikelola dengan baik, maka penyaluran kredit juga akan lebih cepat,” tukas Soeroso.

Saat ini dari sekitar 30 skim kredit yang dipunyai Bank Jatim, kredit-kredit yang disalurkan untuk UMKM mempunyai risiko paling kecil dengan tingkat NPL paling rendah. Sementara kredit korporasi menyumbang NPL cukup tinggi.

“Kredit korporasi ini sangat rentan terhadap perubahan makro ekonomi. Kerena itu, ketika makro ekonomi Indonesia melambat, kredit untuk sektor korporasi juga bermasalah,” tutur Soeroso.

Hingga Mei 2017, penyaluran kredit Bank Jatim mencapai Rp 30,11 triliun, tumbuh 3,38% dibandingkan periode yang sama tahun 2016.

Sementara penghimpunan dana pihak ketiga mencapai Rp 45,14 triliun, tumbuh 0,34% dibanding periode yang sama tahun lalu 2016.

Minimnya penyaluran kredit berakibat rendahnya rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (LDR) yang pada Mei 2017 tercatat sebesar 64,74%. (Ganefo)

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *