Inovasi Micro Parem Patch Antarkan Mahasiswa Unair Lolos Pendanaan PKM Kemdikbud-Ristek

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Mahasiswa Universitas Airlangga kembali menelurkan inovasi. Kali ini, lima mahasiswa Universitas Airlangga membuat sebuah produk bernama Micro Parem Patch yang digunakan sebagai alternatif terapi osteoarthritis.

Kelima mahasiswa itu adalah Talitha Amelia Trixie (S1 Kedokteran angkatan 2021), Jihan Aura (D4 Pengobat Tradisional angkatan 2022), Amadeo Lemuel (S1 Teknik Industri angkatan 2020), Thoriq Hibatullah (S1 Teknologi Radiologi Pencitraan angkatan 2019), dan Lalu Aldy Kurnia Aji (S1 Akuakultur angkatan 2019).

Inovasi Micro Parem Patch ini yang juga mengantarkan mereka berlima lolos pendanaan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Rekayasa Eksakta Kemdikbud-Ristek RI. Di bawah bimbingan Edith Frederika Puruhito SKM MSc (MedSci), mereka mengembangkan sebuah produk parem yang lebih sederhana yakni dalam bentuk microneedle patch.

“Jadi, sebenernya itu parem adalah obat topikal yang berasal dari bahan-bahan tradisional. Nah, inovasi kita adalah membuat parem ini menjadi sediaan lebih sederhana dengan ukuran yang optimal. Namanya adalah microneedle,” terang Talitha Amelia Trixie, Selasa (5/9/2023).

Microneedle sendiri, merupakan sebuah teknik pemberian obat secara mekanik dengan panjang berikuran µm. Microneedle memiliki struktur berbentuk piramid atau kerucut yang tajam di bagian puncak. Saat susunan microneedle masuk ke dalam kulit manusia, polimer akan terdegradasi atau larut dan melepaskan obat yang dienkapsulasi.

“Struktur microneedle berbentuk piramid atau kerucut agar dapat menembus kulit. Namun, jarum dari sediaan microneedle ini hanya menembus sampai epidermis sehingga tidak menimbulkan rasa sakit karena tidak sampai ke saraf nyeri,” sambung Talitha.

Adanya Kelebihan
Kelebihan-kelebihan microneedle inilah yang dinilai cocok sebagai alternatif terapi osteoarthritis. Dengan menempelkan microneedle patch ke permukaan kulit, obat yang terkandung dalam microneedle dapat dikonsumsi dengan lebih mudah, utamanya bagi para lansia yang notabene kerap menderita osteoarthritis.

Kehadiran microneddle patch yang dikembangkan oleh Talitha dan rekan-rekannya juga dapat mensubstitusi penggunaan NSAID (Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs) dan kortikosteroid yang biasa diresepkan pada penderita osteoarthritis. Padahal, kedua obat ini hanya dapat mengurangi nyeri dan menurunkan progresivitas penyakit. Belum lagi, jenis obat ini memiliki efek samping berupa gangguan lambung dan jantung.

“Sediaan obatnya juga obat oral dan injeksi. Orang tua kan tingkat kepatuhannya kurang. Jadinya, microneedle ini cocok. Enggak sakit, cuman nempelin aja gitu,” tutur Jihan Aura, anggota kelompok yang lain.

Microneedle patch yang dikembangkan Talitha dan tim berbahan dasar kitosan dengan kandungan ekstrak lempuyang (Zinginer zerumbet) dan rimpang bangle. Kedua bahan ini dipilih utamanya karena kandungan zerumbone yang memberi efek analgesik sehingga efektif untuk pengobatan osteoarthritis.

“(Osteoarthritis, Red) itu tidak bisa disembuhkan dan penyakit yang biasanya ada pada orang tua. Maka dari itu juga pastinya ganggu kualitas hidup mereka kayak susah jalan, berdiri, dan bungkuk,” terang Jihan.

Adanya inovasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi mereka dalam hilirisasi industri medis.

Mereka berharap agar dasar inovasi tersebut dapat dilanjutkan oleh pihak-pihak yang ingin memproduksi obat sejenis. Di akhir, Talitha dan rekan-rekannya juga berharap diberi kelancaran dan kemudahan di ajang PIMNAS mendatang. (Yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait