TRENGGALEK, beritalima.com –
Tidak ingin ketinggalan dengan perkembangan Kabupaten Trenggalek, Pejabat (Pj) Sekda Trenggalek, Andriyanto, kunjungi Cafe Peternakan Hijau Daun (PHD) Edu-Farm yang sedang ramai diperbincangkan di Bumi Menak Sopal Trenggalek. Awalnya mendapatkan kiriman video, ada cafe dengan nuansa alam Pulau Dewata (Bali). Kemudian Dosen Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya itu kesengsem dengan konsepnya.
“Saya secara pribadi cukup terperanjat, cukup heran, kaget begitu, ketika kita mempunyai video ternyata ada desa wisata dengan konsep alam Bali,” ungkap Andriyanto
Kemudian dari video tersebut, sambungnya, “membuat saya ingin berkunjung. Ternyata ketika berkunjung saya benar-benar melihat, ada konsep yang sangat bagus. Ada unsur edukasinya, estetika dan tentunya ada unsur budaya, yang ini jarang disentuh,” lanjutnya.
Ada konsep dari pemilik bahwa sesungguhnya Bali itu dekat. Selain itu Jawa sama Bali ini ada kaitannya. “Konsep ini adalah konsep yang sangat luar biasa,” terang lanjut Staf Ahli Gubernur Jatim itu.
Ada juga yang menarik di sini ada peternakan. Mungkin si pemilik juga seorang peternak. Namun ini juga memberikan edukasi, bawasannya menjadi seorang peternak itu juga menjanjikan. “Jadi unsur edukasi di sini sangat-sangat kental, ini kita apresiasi,” tandas Pj. Sekda Trenggalek.
Mendampingi pejabat sekda, Camat Durenan juga senang konsep wisata yang tengah dikembangkan diwilayahnya tersebut. Camat ini optimis Cafe PHD Edu Farm ini akan membawa angin segar bagi daerahnya.
“Disaat masyarakat butuh hiburan, butuh tempat berwisata karena pandemi kemudian harus menerapkan protokol ketat. Kita sampaikan kepada warga, tempat wisata ini akan menjadi pioner untuk geliat minimal disektor ekonomi,” ucap M. Zuhdan
Tentunya kami berharap ini secara bertahap semuanya akan berkesinambungan dan berkontribusi terhadap seluruh elemen. Dari tingkat Kabupaten hingga tingkat paling bawah, sambungnya.
Pertama dibuka, Senin (28/2/2022) konsep wisata yang tergolong baru di Trenggalek itu dibanjiri pengunjung dari dalam dan luar Trenggalek. Hal ini juga masih terlihat hingga hari ketiga setelah pembukaan.
Kurang lebih ada sebanyak 4 ribu pengunjung di hari pertama dan tidak jauh beda di 2 hari berikutnya. Banyak diminati karena suasana yang disuguhkan tergolong baru, seperti yang disampaikan oleh Kartika, warga Tulungagung.
Perempuan ini menilai wisata yang ada di Desa Malasan, Kecamatan Durenan itu bisa dibilang cukup bagus. Sedangkan yang membuat bagus adalah suasana yang disuguhkan. “Baru dan berbeda dengan suasana yang ada di tempat lain,” ungkapnya.
“Alasannya karena cafe bernuansa Bali masih belum ada. Yang lain masih biasa-biasa saja,” tutur perempuan ini menyampaikan alasannya.
Sayangnya, lanjut perempuan itu “tempat ini kurang lebar saja. Kalau lokasinya lebih luas lagi tentunya lebih bagus dan nyaman,” imbuh perempuan itu saat nongkrong dengan teman temannya.
Tatang Priyo Kuncoro, pengelola sekaligus pemilik Peternakan Hijau Daun (PHD) Edu-Farm, memilih mengusung konsep Jawa-Bali pada Cafe-nya dengan alasan ingin terus mengingatkan budaya pada generasi milenial. Alasan lain Jawa dan Bali ada keterkaitan budaya yang sangat lekat.
Dengan konsep tradisional, Tekhnik Sipil jebolan Institut Tekhnologi Surabaya itu ingin mengingatkan pengunjung agar terus mengingat budaya warisan leluhur. Bahkan untuk menjaga kearifan ini pria yang punya banyak bisnis itu mendatangkan langsung ukiran kayu dari Jepara dan patung dari Bali.
Ke depan, pihaknya juga bertekad membuka berbagai pelatihan bagi masyarakat, mulai dari farm preneur, agro preneur maupun kuliner preneur. Diharapkan apa yang dirintisnya ini juga berdampak positif bagi masyarakat sekitar dan yang lainnya.
Ide original Tatang juga mendapatkan pujian dari Plt. Kadis Peternakan Kabupaten Trenggalek, Nur Koliq. Menurutnya ini sebuah ide yang sangat luar biasa. Berawal dari usaha peternakan, kemudian mengembangkan usaha disektor kuliner dan wisata. Namun usaha awal (peternakan) tidak ditinggalkan. “Bahkan ini dijadikan sebagai sarana edukasi, semangat ini patut kita tiru,” tandas Nur Koliq. (her)