by. Erizeli Jely Bandaro
Di tengah pandemi ini, Yayasan Buddha Tzu Chi memberikann sumbangan Rp. 500 miliar. Itu tidak termasuk dana bantuan langsung dari relawan Tzu Chi yang ada diseluruh Indonesia dan di luar negeri. Mereka aktif mengajak masyarakat untuk bergotong royong membantu penanggulangan Pandemi COVID-19. Kemarin RW saya mengirim surat edaran kepada warga untuk memberikan bantuan apa saja bagi mereka rakyat bawah yang kena korban ekonomi akibat pandemi. Di perumahan saya mayoritas etnis Tionghoa. Saya tahu diantara mereka ada banyak yang ikut dalam gerakan Tzu Chi.
Mereka tidak bersuara namun secara kemanusiaan tindakan mereka nyata. Berbagi empati tanpa mau bicara politik. Ciri khas Tzu Chi kalau mereka memberikan bantuan, mereka yang membungkuk kepada orang yang menerima bantuan. Mengapa ? Kehormatan dan citra itu bukan ketika anda memberi tapi ketika anda rendah hati. Makanya tidak mungkin Tzu Chi berpolik karena pemberian itu. Setiap ada bencana di mana saja, Tzu Chi selalu hadir lebih dulu dengan bantuan nyata.
Walau China sangat antipati dengan pegiat sosial tetapi tidak berlaku bagi Tzu Chi. Karenanya tidak ada satupun orang tidak pernah merasakan kehadiran Tzu Chi ketika bencana datang. Di China jaringan relawan Tzu Chi menyediakan restoran diskon dan bebas bayar bagi kaum miskin. Teman saya di Taipeh berkata “andaikan Tzu Chi inginkan kekuasaan, tidak sulit mereka merebut kekuasaan di Taiwan atau di China. Tetapi itu tidak mereka lakukan”
Kemarin aggota DPR menyatankan agar dana pembinaan haji disalurkan untuk membantu penanggulangan Pandemi. Itu bukan uang umat, tetapi uang subsidi dan pembinaan umat islam yang berasal dari APBN, yang jumlahnya sebesar Total Rp319 miliar. Tetapi Din Syamsuddin tokoh Muhammadiah menolak. Padahal itu kesempatan emas bagi gerakan islam melakukan investasi politik di tengah pandemi ini. Tetapi malah disikapi negatif. Lantas dimana misi islam “ rahmatan lilalamin?
Sangat jauh sekali dengan Budha yang keluarkan uang Rp. 500 miliar dari kantong pribad, sangat beda, karena berbeda dalam niat beragama tentunya. Semoga menteri agama bisa segera merealisasikan dana realokasi subsidi Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebesar Rp41 miliar untuk corona. Realokasi anggaran Pendidikan Islam dengan nilai total Rp126 miliar untuk corona. Engga usah didengar tokoh islam oposisi itu. Masih banyak umat islam yang waras dan tidak berpolitik. Mereka ingin berbuat untuk cinta sebagaimana didikan agama yang mereka pahami.