SURABAYA, beritalima.com -Pengusaha perempuan yang tergabung di Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Surabaya cukup beruntung. Ada harapan prospek di komunitas ini. Ini tergambar dari upaya pengurus dalam memberi pelatihan, arahan dan solusi.
Satu di antaranya yang telah dilakukan pengurus IPEMI Surabaya, menjembatani permodalan anggota sekaligus menghindarkan mereka dari praktik riba atau pinjam modal dengan bunga.
Dituturkan oleh Ketua IPEMI Surabaya, Wiwik Anggraini, di komunitas beranggotakan 300 pengusaha muslimah ini banyak yang memiliki ketrampilan usaha tapi modalnya terbatas.
Kondisi ini mendorong mereka banyak yang tergelincir ke praktek riba, pinjam untuk menambah modal dengan bunga lumayan mencekik. Untuk itu, pengurus IPEMI Surabaya harus memutar otak supaya bisa melepas mereka dari jeratan riba.
Solusi pun ditemukan, setelah melihat anggota lain yang duitnya banyak tapi usahanya kurang berkembang. Maka, mereka yang memiliki dana lebih ini diajak musyawarah, dan akhirnya bersedia menyediakan modal pada sesama anggota yang membutuhkan.
“Alhamdulillah, sesama anggota IPEMI Surabaya bisa bekerjasama. Mereka yang punya dana tidak keberatan meminjami modal pada pelaku usaha kecil dengan sistem bagi hasil antara 5 sampai 10% dari keuntungan,” tutur Wiwik.
Dia menambahkan, terkait permodalan, IPEMI Surabaya memiliki data base anggota yang memiliki modal lebih dan anggota yang modalnya terbatas.
Selain berhasil mengatasi permasalahan modal, Wiwik bersama pengurus lain juga telah berbuat pada anggota yang usahanya tidak berkembang bahkan cenderung bangkrut, yakni dengan menyediakan jasa konsultasi gratis bagi mereka.
“Untuk anggota IPEMI Surabaya, konsultasi usaha diberikan secara cuma-cuma alias gratis. Banyak yang memanfaatkan layanan ini, dan akhirnya membuahkan hasil,” kata Wiwik saat ditemui di Hotel Mercure Surabaya, Selasa (12/6/2018).
Lain dari kedua hal tersebut, IPEMI Surabaya juga aktif menjalankan program rutin pelatihan dan pembinaan mental usaha.
“Mereka kami beri pelatihan supaya usaha dan hasilnya bisa lebih maksimal,” tandas perempuan yang punya usaha di bidang jasa konseling ini.
Dalam pelatihan itu, para anggota di antaranya diajari digital marketing untuk memenuhi tuntutan pasar. Sebab, kata Wiwik, saat ini bila pengusaha tidak mau belajar digital marketing, usaha mereka akan tergilas pengusaha yang menguasai digital marketing.
Satu hal lagi yang menurutnya bagian yang sulit untuk mendorong usaha anggota supaya maju, adalah kecenderungan anggota yang suka ganti-ganti usaha, misalnya semula usaha makanan dan minuman terus ganti usaha garmen dan lain sebagainya.
“Mereka yang tidak konsisten di bidang usahanya akan sulit berkembang. Mustinya konsisten satu bidang usaha dulu, kalau sudah mapan dan berkembang baru merambah ke usaha bidang lainnya. Jangan ganti-ganti usaha,” tuturnya, sembari menambahkan bahwa untuk usaha membutuhkan kesabaran dan ketelatenan.
Terakhir Wiwik menyampaikan, perempuan pengusaha lebih kuat dibanding pengusaha pria. Argumennya, pengusaha pria umumnya full mengurusi usahanya saja, sementara perempuan pengusaha juga harus mengurus rumah, suami dan anak, di samping usahanya.
“Jadi, pengusaha perempuan itu luar biasa, terlebih pengusaha muslimah,” pungkas Wiwik. (Ganefo)
Teks Foto: Wiwik Anggraini (5 dari kiri) bersama beberapa pengurus dan anggota IPEMI Surabaya.