Ir Wardayani ST IPP: Mengajar Butuh Proses Dan Pengalaman

  • Whatsapp

SOROWAKO. Semasa kanak-kanak di bangku SD, Ir Wardayani ST IPP memiliki cita cita menjadi seorang guru.

Baginya menjadi seorang guru terkesan keren, bisa mengajari anak anak menjadi pintar.

Namun setelah menimba ilmu di bangku kuliah, wanita asal Malili ini berfikir ulang kembali.

Tak perlu menjadi seorang guru, cukuplah bisa mengajar dan bisa membagi ilmunya kepada siapapun.

Peran orang tua juga sangat mendukung, sosok bapak yang paling bersemangat untuk mengantarnya kemanapun agar tercapai impiannya.

Hingga saat ini akhirnya mampu mencapai impiannya sebagai instruktur program praktik CNC di Akademi Teknik Sorowako (ATS).

Pengalaman mendampingi mahasiswa
tak dianggapnya hanya untuk mengajar saja, melainkan juga berbagi ilmu.

“Saya berpikir seperti itu karena mahasiswa zaman sekarang lebih suka metode seperti itu”, ucap wanita yang memiliki hobi jalan-jalan ini.

Lanjutnya, dengan cara itu mereka menjadi lebih terbuka, mereka lebih welcome, tidak merasa tertekan, bisa diajak kerjasama tapi tetap sopan dan menyenangkan.

Namun disisi lain dengan berbagi ilmu tak membuat ilmu yang kita miliki berkurang tetapi justru malah makin bertambah.

“Dukanya yah tipe mahasiswa itukan beda beda, kadang sudah lakukan metode yang bisa mereka pahami tapi tetap tidak bisa, anggap aja itu tantangan,” ungkapnya.

Kesukaannya pada mengajar karena hidup itu belajar, setiap hari kita belajar tetapi kadang kadang kita akan dapat jawaban yang salah.

Jika tidak bertanya kepada yang lebih mengerti dan tentunya didasari dengan ilmu yang cukup.

Tantangan menjadi seorang pengajar tentu harus mau mengarahkan kejawaban yang benar apapun aspeknya.

Sebagai seorang perempuan, anak dari pasangan bapak A. Lukman dan ibu Sumiati ini yakin ilmu dan pengalaman ngajar itu akan terpakai sampai masa depan hingga punya anak.

Karena madrasah pertama generasi khususnya anak adalah ibunya, jika tidak bisa atau tidak tahu, tidak mengerti cara mengajar yang baik tentu dampaknya buruk bagi masa depan.

“Mengajar itu tidak gampang butuh proses dan pengalaman,” tutur wanita kelahiran Malili, 2 Desember 1990.

Proses dan pengalaman itu berawal mula saat Wardayani masuk sebagai Programmer dan operator mesin CNC tetapi tetap handle mahasiswa praktik pada Januari 2016 di ATS.

Pada Agustus 2018 diangkat sebagai laboran CNC produksi dan Desember 2018 diangkat sebagai instruktur program praktek CNC. Selama tiga tahun teknisnya mendampingi mahasiswa praktek.

Wardayani merupakan lulusan dari D3 ATS tahun 2008 lulus tahun 2011, selanjutnya mendapat beasiswa yang disponsori oleh PT. Vale indonesia untuk melanjutkan studi S1 di ITS Surabaya tahun 2012 lulus maret 2015.

Mendapatkan sertifikat Insinyur profesional IPP Desember 2018, dan saat ini masih mengurus untuk wisuda insinyur.

“Semoga ilmu yang saya dapatkan sekarang bisa bermanfaat, bisa dibagi ke orang banyak, baik itu ilmu dunia maupun ilmu agama,” harapnya.

Lanjutnya, semoga menjadi amal jariyah, yang bisa membanggakan orang tua, karena dengan cara ini bisa berbakti kepada orang tua, khususnya Almarhum bapak rahimahullah. Dan bisa menjadi sosok muslimah yang cerdas.

Dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi masih sangat berharap bisa S2 di Jepang. (Nikita).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *