Blangpidie (Aceh) Beritalima.com-Para ibu rumah tangga (IRT) di Desa Iku Lhung, Kecamatan Jeumpa Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) tiap hari memafaatkan waktu untuk bekerja menganyam atap rumbia secara berkelompok demi membantu menambah pendapatan ekonomi keluarga.
Armiati, ibu rumah tangga warga Iku Lhung, Kecamatan Jumpa, kepada wartawan Senin (6/11/2017) mengatakan, daun rumbia yang di anyam tersebut kemudian dijual kepasar.
“Saya menganyam atap daun rumbia dibayar per lembar hanya Rp500. Jadi, dalam sehari saya bisa menghasilkan 40 hingga 80 lembar atap. Atau sekitar Rp20 ribu hingga Rp40 ribu. Lumanyan juga bisa untuk jajan anak-anak ke sekolah,” tuturnya.
Tambah Armiati, hampir setiap hari, rata-rata ibu rumah tangga yang berdomisili di Desa Iku Lhung menghabiskan waktunya untuk menganyam daun rumbia sebagai pekerjaan tambahan menambah pendapatan ekonomi keluarga.
“Dari dulu desa kami ini memang terkenal dengan produksi atap rumbia. Jadi, atap rumbia yang telah kami anyam ini kemudian dipasarkan ke beberapa kabupaten tetangga, seperti Nagan Raya, Aceh Selatan, Aceh Barat hingga Kota Subulussalam,” ujar dia.
Dulunya, lanjut dia, atap rumbia tersebut dianyam kaum laki-laki. Namun seiring dengan perkembangan zaman, penganyaman atap rumbia sudah dilakukan kaum ibu rumah tangga, remaja bahkan anak-anak sekolah sebagai pekerjaan tambahan untuk menambahkan pendapatan keluarga.
Selain untuk membantu kebutuhan keluarga, kata dia, hasil dari bekerja menganyam itu juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sosial seperti kebutuhan menghadiri hajatan dan kondangan di desa.
“Kami sangat berharap bantuan Pemerintah daerah untuk membantu tambahan modal penyediaan bahan bakunya seperti bambu dan rotan. Sebab, bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) yang diberikan pemerintah tidak begitu merata. Banyak masyarakat miskin yang tidak mendapatkan itu,” katanya.
Di lokasi yang sama, Yusmanidar, ibu rumah tangga dengan tiga anak juga menekuni pekerjaan yang sama walaupun pendapatan dari pekerjaan itu tidak terlalu banyak, tetapi mampu mengurangi beban kebutuhan keluarga.
“Kami melakukan kegiatan ini dengan cara duduk berkelompok dua sampai lima orang. Jadi kami jalani saja pekerjaan ini tanpa meninggalkan tanggung jawab semua sebagai istri dan ibu bagi anak-anak kami,” ujarnya. (Jul)