PADANG, beritaLima — Di Sumatera Barat 60 persen masyarakat hidup pada sektor pertanian dan kenyataan kondisi saat ini kemiskinan, pengangguran berpusat di Nagari dan Desa. Pemerintahan Nagari di Sumatera Barat merupakan garda terdepan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.
“ Oleh karena wajar jika tumpu sasaran pelaksanaan pembangunan Sumbar, pada gerakan pensejahteraan petani, gerakan meningkatkan ekonomi daerah pesisir dan gerakan lain-lain yang bertujuan untuk fokus pada menuntas kemiskinan, pengangguran serta memanfaatkan lahan-lahan yang terlantar “
Hal ini disampaikan Gubernur Irwan Prayitno dalam acara Kuliah Umum Menteri Desa , Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi di UNP Padang, Kamis (8/9/16). Hadir dalam kesempatan Menteri DPDT dan Transmigrasi Republik Indonesia Eko Putro Sandjojo, Rektor UNP , Ketua Komisi Informasi dan mahasiswa UNP sebagai peserta.
Irwan Prayitno menambahkan, “ Sumatera Barat dari 8 daerah tertinggal pada tahun 2010 akhir tahun 2015 telah 5 kabupaten telah berhasil lepas dari kategori daerah tertinggal, tiga kabupaten itu , Pasaman Barat, Solok Selatan dan Kepulauan Mentawai “.
“Kita berharap dalam kurun waktu lima tahun ini 3 kabupaten ini mampu keluar dari daerah tertinggal, sehingga perkembangan daerah nanti juga berdampak pada peningkatkan kesejahteraan masyarakat di Sumatera Barat, “harapnya
Menteri DPDT dan Transmigrasi Eko Putri Sabdjojo dalam kuliah umumnya menyampaikan, “Indonesia adalah Negara kedua terluas di daerah tropis, setelah Brazil”.
“ 30 tahun yang lalu Brazil adalah salah satu Negara termiskin , dengan inflasi lebih 1000 persen, namun kemudian ada pemimpinnya yang memiliki kepedulian membalikan keadaan dengan memanfaatkan keistimewaan daerah tropis, dengan pertanian maju, menjadi lima besar Negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi juga telah meninggalkan pertumbuhan ekonomi Inggris. “
“ Kenapa tidak pula untuk Indonesia, yang memiliki pertumbuhan tenaga kerja yang besar, dengan lahan tropis nomor 2 terbesar mampu berbuat lebih baik lagi dari Brazil”. ungkapnya
Eko Putro Sandjojo juga menyampaikan, “ kesulitan juga merupakan tantangan untuk memberikan dampak kemajuan yang dilakukan. Contoh negara Swis yang dikenal sebagai daerah mudah penyakit tumbuh dan berkembang, saat ini menjadi daerah produsen obat-obat terbaik di dunia”.
“Saat ini kita memiliki desa dan nagari sebesar 74.754 se Indonesia. Semua desa itu beragam kondisinya, kemiskinan, kemakmuan dan penggangguran terdapat disana dan tidak ada yang sama problematikanya. Tapi ada satu catatan bahwa 80 persen kehidupan masyarakat desa ada di dunia pertanian”, terang Eko.
(rel/rki)