JAKARTA, Beritalima.com– Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Dr Hj Hetifah Sjaifudian mengatakan, terdengar suara kurang sedap seiring dengan proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang mulai dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia.
Kabar kurang menyenangkan buat dunia pendidikan tersebut karena ada laporan kasus Covid-19 yang terjadi di lingkungan sekolah. Data 23 September 2021 menunjukkan, klaster terbanyak Covid-19 terjadi pada tingkat Sekolah Dasar (SD), dengan kasus positif 6.908 pelajar dan 3.174 guru SD.
Data kasus positif Covid-19 saat PTM sebetulnya dapat diakses publik dalam situs sekolah.data.kemdikbud.go.id. Pada halaman itu tertulis data indeks siap PTM, infografis PTM, infografis kendala, dan infografis klaster.
Sayangnya, jelas Hetifah dalam keterangan pers yang dibeikan kepada Beritalima.com, Senin (27/9), hari ini halaman tersebut tidak bisa diakses karena dalam proses pembaharuan data.
Hetifah menyampaikan keprihatinannya.
“Cukup disesalkan upaya kita meminimalisir learning loss dengan mengadakan PTM ternyata belum maksimal. Saya berharap kasus Covid-19 yang terjadi di beberapa sekolah tersebut menjadi pelajaran untuk kita semua,” ucap dia.
Hetifah juga dorong perubahan perspektif klaster Covid-19 muncul karena PTM. Agar menjadi pemahaman kita semua, Covid-19 bukan muncul karena PTM, melainkan karena kurang maksimalnya protokol kesehatan dan asesmen terkait kesiapan.
Buktinya, tidak semua sekolah yang melaksanakan PTM menjadi klaster. “Karena itu, bukan PTM yang harus dibatalkan atau ditunda, melainkan asesmen kesiapan dan proskesnya yang ditingkatkan,” ujar perempuan wakil rakyat Kalimantan Timur tersebut.
Hetifah mendorong agar semua pihak terus melaksanakan evaluasi rutin terkait kesiapan. “Kunci keberhasilan PTM bebas Covid-19 selain asesmen kesiapan dan implementasi prokes yang maksimal juga evaluasi rutin.
“Karena itu, saya dorong agar Pemda, Satgas Covid-19, sekolah serta orang tua untuk terus membuka ruang dialog dan mengevaluasi implementasi PTM. Dengan evaluasi rutin, dapat menghindarkan kita dari kelalaian yang menyebabkan timbulnya klaster Covid-19 di sekolah,” demikian Dr Hj Hetifah Sjaifudian. (akhir)