BANYUWANGI, beritalima.com – Ajang balap sepeda International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2017 berakhir sudah. Di perhelatan kali keenamnya ini, balap sepeda menyusuri lintasan 533 kilometer Banyuwangi tersebut kembali meraih nilai excellence dari Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI)
President Commissaire dari UCI Nuthapong Lohitnavy menilai, salah satu faktor keunggulan Tour de Ijen adalah penetapan rute etape, karena kombinasi stage by stage ITDBI sangat bagus dan pas. Di etape pertama dari wilayah Bajulmati hingga finis di Pemkab Banyuwangi (137,7 km), jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh. Jalur juga flat meski terdapat tanjakan kategori tiga pada 20 kilometer menjelang finis.
“Kemudian, di etape kedua, pembalap dipilihkan rute yang cukup panjang, 180,9 kilometer. Para riders pun jadi lebih tertantang,” papar Nuthapong.
Di etape ketiga, tingkat kesulitan balapan meningkat. Start di Pelabuhan Ikan Muncar, para pembalap harus mendaki lebih dari 1.800 meter elevasi dari bibir pantai ke Paltuding, kaki Gunung Ijen. Mereka harus menaklukkan tanjakan kategori empat, kategori tiga, kemudian kategori terberat, hors categorie.
Di tanjakan hors categorie, pembalap tak hanya berhadapan dengan tanjakan curam dengan gradient di atas 20 persen. Tapi juga sangat panjang, sekitar 15 km lebih. Ini dikenal sebagai salah satu tanjakan balap terekstrem di Asia. Karena itu, etape ketiga ini begitu menguras tenaga. Namun, setelah etape ekstrim tersebut, penyelenggara memberi “kompensasi” di etape keempat yang lebih pendek dan ringan.
Poin lainnya yang menyumbang nilai excellence adalah partisipasi penonton. Mereka tak hanya bertepuk tangan untuk mendukung para pembalap. Tapi juga memamerkan atraksi dan pertunjukan seni yang memberi kesan tersendiri
“Untuk tahun ini semua terkelola dengan baik. Kami juga senang dengan partisipasi penonton. Kami bangga balap sepeda bisa menjadi bagian promosi wisata dan membantu kemajuan daerah,” ujar commissaire UCI yang lain, Tsunenori Kikuchi.
ITdBI 2017 digelar selama empat hari 27–30 September 2017. Kompetisi balap sepeda kategori 2.2 ini digelar dalam empat etape dengan total lintasan sepanjang 533 KM. Ajang balap sepeda tahunan ini diikuti 19 tim dari 29 negara.
Pembalap Spanyol, Edgar Nohales Nieto, gembira karena banyak hal yang bisa dilihat di Tour de Ijen. “Menurut saya ini perlombaan terbaik di Indonesia. Saya berharap bisa datang lagi ke sini,” kata dia.
Bahkan bagi sejumlah pembalap, tanjakan ke kaki Gunung Ijen yang tergolong sangat berat ini tetap menawan. “Saat mendaki Ijen, tanjakannya ekstrem. Namun menyenangkan karena dikelilingi pemandangan bagus,” kata Hiroshi Tsubaki, pembalap asal Jepang yang tergabung dalam Kinan Cycling Team. (Abi)