SURABAYA, beritalima.com | Di tengah kesibukannya menangani pandemi Covid-19, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin menyempatkan waktu untuk menjadi pemateri di acara Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Republik Indonesia yang digelar melalui video conference, Selasa (30/6/2020). Acara itu menghadirkan tiga narasumber, yaitu Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Acara yang mengangkat topik penguatan integritas pemimpin dalam kehidupan nasional itu diikuti 100 peserta, yang terdiri dari TNI AD, TNI AL, TNI AU, Polri, Kementerian, LPNK, lembaga non struktural, BUMN, pemerintah provinsi, tokoh masyarakat, partai politik, Kopertis, organisasi masyarakat, dan 10 orang dari negara sahabat.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma memaparkan cara mengefektifkan ASN, khususnya di Kota Surabaya. Ia menjelaskan bahwa sebelum menjadi Wali Kota Surabaya, dia adalah birokrat murni, sehingga ketika menjadi Wali Kota Surabaya, PR yang harus segera dilakukan adalah mengefektifkan ASN supaya bekerja seefektif dan seefisien mungkin.
“Nah, kalau saya mengatur perorang, tentu sulit. Makanya saya harus melakukan berbagai terobosan supaya mereka bisa bekerja efektif,” kata Wali Kota Risma di Balai Kota Surabaya saat menjadi pemateri acara Lemhanas.
Berbagai terobosan yang dilakukannya adalah dengan membuat sistem yang seluruhnya memanfaatkan elektronik. Akhirnya, lahirlah e-government ala Wali Kota Risma. Yang mana di dalamnya terdapat e-procurement, e-Budgeting. Aplikasi ini melalui konsep GRMS (Government Resource Management System).
Dengan berjalannya waktu, berbagai aplikasi terus tercipta di lingkungan Pemkot Surabaya, hingga saat ini sudah mencapai ratusan aplikasi atau sistem. Secara garis besar, sistem e-Government di Pemkot Surabaya dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya sistem pengelolaan keuangan daerah, e-SDM, e-Monitoring, e-Education, e-Office, Sistem Siaga Bencana 112, Pajak Online, e-Permit, e-Health, Simprolamas (sistem informasi program layanan masyarakat), e-Dishub dan Media Center.
Secara lebih rinci, sistem pengelolaan keuangan daerah terdiri dari e-Planning yang dibagi lagi dengan sistem e-Musrembang, e-DevPlan, dan e-Deployment. Selain e-Planning, ada pula e-Budgeting, e-DPA, e-Project, e-Procurement, e-Delivery, e-Payment, e-Accounting, e-inventory, e-SIMBADA, e-Controlling, e-Peformance, e-Tax, e-Audit, dan Fasum-fasos.
Sedangkan e-SDM di dalamnya ada tes CPNS, gaji berkala, kenaikan pangkat, mutasi, dan pensiunan. Sementara e-Monitoring di dalamnya ada CCTV/SITS, penertiban reklame, pajak dan retribusi, operasi yustisi, monitoring sampah, monitoring permakanan, monitoring ketinggian air.
Lalu e-Education di dalamnya ada penerimaan murid baru, tryout online, rapor online, penerimaan kepala sekolah online, dan radio visual. Di dalam e-Office terdapat e-Surat dan e-Jadwal. Sedangkan pajak online meliputi pajak restoran, pajak parkir, pajak hotel dan PBB.
Untuk e-Permit di dalamnya ada SSW online dan mobile serta e-Lampid. Khusus untuk e-Dishub di dalamnya ada uji kir, traffic, parkir, perijinan, terminal, dan angkutan. Sementara untuk media center, pemkot menyediakan e-Wadul, e-Sapawarga, Surabaya.go.id, twitter, Facebook, Youtube dan call center/SMS.
“Jadi, semuanya sudah berbasis elektronik, sehingga saat ini sudah tidak ada kwitansi-kwitansi di kami. Bahkan, saya juga sering disposisi surat hanya melalui HP ini ketika berada di lapangan atau di luar negeri dan itu biasanya saya kerjakan di luar jam kerja,” tegasnya.
Ia juga memastikan bahwa melalui berbagai sistem elektronik ini, tentu bisa menghemat biaya dan menghemat waktu, sehingga meskipun banyak ASN yang pensiun dan penerimaan ASN kurang, Pemkot Surabaya tidak terlalu bermasalah, karena sudah dibantu dengan sistem elektronik ini.
Selain itu, Presiden UCLG ASPAC ini juga menjelaskan bahwa di masa pandemi ini, pelajar SD dan SMP di Surabaya tidak terlalu kaget, karena selama ini ujiannya sudah terbiasa via online. Bahkan, mulai penerimaan hingga ujian, rapor dan sebagainya sudah via online.
“Saya juga desain khusus tempat duduk atau bangku sekolah mereka, sehingga tidak bisa mencontek satu sama lainnya. Sempat ada yang mengeluh memang siswa karena menggunakan ujian online dan nilainya tidak sebagus di daerah lain, tapi saya yakinkan kepada mereka yang terpenting adalah kejujuran, karena ini mungkin yang akan mengantarkan mereka berhasil kelak,” pungkasnya. (*)