KUALA LUMPUR, beritalima.com | Kuala Lumpur, Malaysia, memang cukup menarik dikunjungi. Wilayah nomor satu di Negeri Jiran ini sangat mengasyikan dinikmati, karena banyak tempat wisata menarik dan pusat perbelanjaan.
Tidak jauh dari Kuala Lumpur International Airport (KLIA) ada Jembatan Seri Wawasan Bridge yang arsiteturnya sangat menawan. Setelah itu, kita akan terkagum pada kemegahan gedung-gedung yang mengelilingi Taman Putrajaya, yakni gedung pusat pemerintahan Malaysia, Masjid Putra, Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin, Perdana Putra, dan Morocco.
Kegagahan dan ketinggian Menara Kembar Petronas juga bisa dipandang jelas dari lantai 27 Hotel “Tamu” Kuala Lumpur sambil menikmati menu hotel langganan warga Indonesia ini. Banyak pelancong dari Indonesia yang suka tinggal di hotel ini, karena nuansa dan rasa aneka menu masakannya hampir sama dengan Indonesia.
Selesai diner di Hotel “Tamu”, kami langsung menuju Vivatel Hotel untuk bermalam di hotel bintang 4 ini. Esoknya, usai breakfast, kami berangkat menuju Batu Caves, tempat persembahyangan umat Budha yang memiliki ketinggian 272 anak tangga.
Puas jalan-jalan, tidak lengkap rasanya jika tidak belanja. Selain belanja busana muslim di grosir yang terkenal menyediakan model-model pakaian ter-up date dengan harga termurah di Malaysia, yakni di Kenanga Wholesale City (KWC), selanjutnya belanja di Central Market yang sudah melegenda.
Sam Yap Kang Hsien mengatakan, Central Market ini memperkenalkan hasil seni dan kerajinan tangan yang menonjolkan budaya Malaysia. “Semua ragam cinderamata dan snack Melayu tradisional ada di sini. Semua asli buatan Malaysia,” ujar Assisten Advertising and Promotions Central Market tersebut.
Sam mengatakan, pasar di Jalan Hang Kasturi 50050 Kuala Lumpur ini ada sejak tahun 1.888 dengan nama awal Pasar Besar, yang kemudian diganti jadi pasar seni (Central Market) dengan harapan jadi pusat tujuan para pelancong.
Sebanyak 350 kedai (stand) ada di sejumlah lorong Central Market. Di antaranya, ada Lorong Melayu, Lorong Cina dan Lorong India. Selain itu juga ada kawasan Kasturi Walk, yang di antaranya menjajakan kerajinan tangan, cindera mata, pakaian, hingga snack dan minuman tradisional khas Melayu.
Di Lorong Seni misalnya, ada sekitar 10 studio lukisan yang menawarkan karya klasik kontemporer, karikatur dan potret. Termasuk seni batik warna-warni Malaysia yang disediakan agar tetap mewarisi tradisi nenek moyang.
Upaya menarik perhatian pelancong asing sudah dilakukan dengan berbagai cara. Di kedai tertentu misalnya, sudah disediakan diskon hinggga 50 persen bagi pengunjung yang bisa menunjukkan paspor.
Yang menarik di antaranya di kedai milik pasutri Junz Cheah-Deepavali yang menyediakan kopi berkasiat menambah kekuatan seksual. Namanya White Cofee Tongkat Ali. “Orang China banyak yang suka kopi herbal macam ini,” ujar Junz.
Selain itu, di Central Market juga ada tempat bernama Interaction Center yang menawarkan pada pengunjung untuk terlibat langsung dalam sebuah karya. Pelancong yang datang berkelompok misalnya, ditawari untuk menjajal cara membuat beragam kuliner bernuansa Melayu.
Menurut Pengelola Interactic Center, Irene, program ini lebih diarahkan untuk pembelajaran nilai warisan leluhur. “Pelancong anak-anak dan remaja merasa senang saat menikmati wedang ronde yang dibikin dan diracik sendiri disini,” ujar Irene.
Interaktif dengan pengunjung Central Market juga dilakukan di salah satu kedai batik. Pembeli batik diberi kesempatan untuk belajar membatik, yang semua bahan dan oerakatannya, mulai dari kuas, kain, lilin dan pewarnanya telah disediakan.
Puas menyusuri seluruh lorong di Central Market, yang tentunya juga lumayan lelah, pengunjung bisa menikmati relaksasi pijat kaki dengan ramuan herbal. Rasa penat selama berkeliling di Malaysia hilang setelah kaki direndam air ramuan herbal. (Ganefo)
Teks Foto: Kawasan Kasturi Walk di Pasar Seni Tradisi “Central Market”.