JAKARTA, beritalima.com | Pemerintah terus melakukan sosialisasi vaksin Covid-19 kepada masyarakat. Hasilnya, masyarakat berangsur-angsur memahami akan pentingnya mendapatkan vaksin untuk mencegah tertula Covid-19.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Brotoasmoro menyatakan hal ini berdasarkan survei bersama yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, ITAGI, WHO dan Unicef pada periode 19 – 30 September 2020. Survei dilakukan terhadap 115 ribu pada 34 provinsi yang mencakup 508 atau 99% dari total 514 kabupaten/kota.
“Menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia telah mendengar tentang vaksin, dan bersedia, menerima untuk divaksinasi Covid-19,” jelas Reisa, Jumat (20/11/2020) dalam dialog “Jalan Panjang Vaksin ke Tubuh Kita”, yang disiarkan melalui daring.
Untuk itu pemerintah saat ini sedang memastikan aspek keamanan dan kehalalan vaksin Covid-19 dengan melakukan uji klinis fase 3. Juga, tim gabungan yang terdiri dari berbagai kementerian/lembaga telah dikirim ke berbagai negara produsen untuk memastikan aspek tersebut. Pemerintah telah melibatkan tenaga kesehatan dan membangun kapasitasnya karena sumber informasi terpercaya di tengah-tengah masyarakat.
Kementerian Kesehatan juga sudah melatih 7 ribu tenaga kesehatan yang disiapkan menjadi vaksinator dari 23 ribu vaksinator. “Dan pastinya manajemen vaksin dan rantai dingin harus dengan cermat dilakukan,” lanjut Reisa. Soal vaksin, dalam dialog tersebut hadir seorang Vaksinolog yang juga seorang dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Dirga Sakti Rambe.
Dirga menyatakan bahwa vaksin Covid-19 yang tengah dalam uji klinis fase 3 diyakinkan dapat terdistribusi hingga ke daerah pelosok Indonesia. Indonesia katanya sudah berpengalaman dalam mendistribusikan vaksin hingga ke daerah pelosok sekalipun.
“Cold chain atau rantai dingin, sistemnya sudah berjalan, 97 persen sistem cold chain sudah berjalan dengan baik. Artinya, mulai dari pabrik sampai puskesmas yang menerima, di Aceh hingga Papua akan menerima. Itu semua dijamin ada sistemnya yang sudah berjalan bertahun-tahun di Indonesia,” ujarnya.
Untuk kualitas vaksin, agar terjaga saat distribusi ada alatnya sendiri yang akan menjaga suhu antara 2 – 8 derajat celsius. Meskipun vaksin dibawa melalui jalur daratz udara dan laut. Bahkan dari vaksin-vaksin yang digunakan selama ini, dalam kemasannya pun sudah terdapat label yang dapat menginformasikan vaksin rusak karena suhu tidak terjaga saat distribusinya. “Supaya vaksin yang kita gunakan itu aman dan efektif,” imbuh Dirga.
Dalam program vaksinasi Indonesia kelak, ada sekitar 440 ribu tenaga kesehatan gabungan terdiri dari dokter umum, dokter spesialis, perawat dan bidan yang nantinya akan bergotongroyong untuk menjalankan program vaksinasi. Lalu ada 23 ribu vaksinator yang sudah terlatih dan aktif untuk memberikan imunisasi kepada masyarakat dan mendapat pelatihan khusus dari Kementerian Kesehatan. “Prinsipnya kita ingin semua terlibat, supaya vaksin-vaksin bisa digunakan masyarakat tanpa ada halangan,” ungkapnya.
Dirga juga menghimbau masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Vaksin katanya akan melengkapi upaya pencegahan atau pertahanan tubuh. “Karena vaksin memiliki keunggulan yang tidak dimiliki pencegahan yang lain, yaitu perlindungan yang spesifik. Itu kunci dari vaksin,” ujarnya.