SURABAYA, beritalima.com | Virus Corona atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) membuat perekonomian negara-negara di dunia termasuk Indonesia mengalami kontraksi. Ini menurut Dr Ir Jamhadi MBA, Founder Jamhadi Center yang juga Ketua Yayasan Kedaulatan Pangan Nusantara (YKPN) Perwakilan Jawa Timur mengenai dampak ekonomi saat dan pasca pandemi Covid-19.
“Covid-19 ini datang tiba-tiba hingga menyebabkan dynamic effect system perekonomian semua negara di dunia berubah drastis termasuk Indonesia,” ujar Jamhadi yang juga pernah 2 periode jadi Ketua Kamar Dagang Dan Industri (KADIN) Surabaya.
Jamhadi menilai, lebih dari 90% negara di dunia telah menguras devisa untuk mengurangi sebaran Covid-19 dan mengcover basic need masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Kebanyakan ekonomi negara-negara di dunia terdisrupsi Covid-19, bahkan economic growth mereka bakal turun hingga minus. Misalnya China yang tahun lalu ekonominya tumbuh 8%, menurut Jamhadi pada tahun ini bisa minus 5%.
Indonesia yang tahun lalu pertumbuhan ekonomi 5,02%, lanjut Jamhadi, tahun ini bisa tumbuh 2% jika Covid-19 berlangsung hingga akhir tahun.
“Kami apresiasi langkah cepat Pemerintah untuk mengurangi dan menghentikan penyebaran Covid-19. Jika kita semua disiplin dalam mendukung Pemerintah, InSyaAllah pada Juli 2020 suasana bisa normal kembali,” kata CEO PT Tata Bumi Raya ini.
Setelah pandemi ini mereda, Jamhadi mencatat ada beberapa poin yang perlu dilakukan agar ekonomi Indonesia segera bangkit lagi.
Pertama, membeli produk lokal buatan industri Indonesia. Kedua, kebutuhan industri termasuk industri makanan dan minuman terhadap bahan baku harus dipenuhi dari bahan baku lokal.
Ketiga, banyaknya Unicorns di Indonesia turut mendukung digital economi termasuk delivery system.
Keempat, business scale sector industry saat ekonomi normal, dalam kelompok besar hanya 0,14%. Skala menengah hanya 2,4%, sedangkan 97% lebih mayoritas usaha mikro kecil menengah (UMKM).
“Kelima, sektor UMKM sudah menikmati delay payment hingga 6 bulan untuk perpajakan. Juga ada banyak stimulus ekonomi MBR, seperti bantuan langsung tunai (BLT), gratis dan diskon listrik, dan lain-lain. Itu bisa jadi trigger ekonomi,” jelas Dewan Pembina Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Jatim ini.
Keenam, pemberlakukan interest rate yang reasonable sekitar 7% hingga beberapa tahun ke depan oleh Perbankan, sehingga ekonomi riil nyata bergerak.
“Ketuju, sektor medis dan industri pertanian harus lebih digiatkan. Perusahaan-perusahaan harus menyiapkan business plan jangka pendek, menengah, dan panjang,” kata Jamhadi.
“Saatnya kita bangkit kembali dan social decision harus dilaksanakan pengusaha besar dalam menjaga stabilitas lingkungan,” pungkas Jamhadi. (Ganefo)