Jamiluddin Ritonga: Pernyataan Emmanuel Macron Cendrung Etnosentris

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Pengamat politik Universitas Esa Unggul Jakarta, Muhammad Jamiluddin Ritonga menilai pernyataan Presiden Perancis, Emmanuel Macron terkait karikatur Nabi Muhammad sungguh menyayat dan melukai hati umat Islam karena yang dia katakan tersebut bermuatan etnosentris. Macron beranggapan, nilai yang dianut bangsanya lebih baik daripada yang dianut Islam.

“Atas dasar itu, Macron menilai Islam dalam konotasi negatif. Islam diidentikan dengan kekerasan, bahkan teroris. Sebaliknya, Macron ingin menggambarkan bangsanya penganut demokrasi, anti kekerasan, dan pembawa perdamaian,” kata dia kepada Beritalima.com, Jumat (6/11) pagi.

Etnosentrisme atau penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai dan standar budaya sendiri Macron tampaknya memang menggejala pada sebagian rakyat Perancis dan warga Eropa pada umumnya. “Itu sebabnya, mengapa Macron menilai negatif terhadap seorang Islam yang melakukan pembunuhan atau perilaku kekerasan lainnya,” kata pria yang akrab disapa Jamil ini.

Semua penilaian itu, kata dia, disebabkan prasangka yang sudah bersemi pada diri Macron dan warga Eropa lainnya. Prasangka ini yang membuat warga Eropa selalu menilai Islam teroris, radikal, anti demokrasi dan intoleran. Selama Macron masih bersikap etnosentris dan prasangka demikian, komunikasi yang dibangun tidak akan pernah positif. Muatan empati pun tidak akan mengemuka. Karena itu, komunikasi yang dilakukan Macron akan dinilai negatif pula pihak Islam.

Komunikasi seperti inilah yang disharmonis, bahkan bermuara kepada pemboikotan produk-produk Perancis. “Jadi, untuk menghilangkan prasangka pada kedua belah pihak, sikap etnosentris harus dihilangkan. Merasa nilainya lebih baik daripada nilai pihak lain harus ditanggalkan,” jelas Jamil.

Kalau itu dapat diatasi kedua belaha pihak, lanjut pengajar Isu dan Krisis Manajemen, Metode Penelitian Komunikasi&Riset Kehumasan tersebut, kesetaraan dapat diwujudkan. “Hanya dengan kesetaraan komunikasi yang berempati dapat dilakukan, sehingga harmonis antarpihak dapat diwujudkan,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait