Jangan Impor, Pemerintah Wajib Beli Alat Uji Cepat Produk Riset Domestik

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus mendukung keberadaan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 dengan cara memasukan produk yang dihasilkan ke dalam daftar belanja prioritas pemerintah (goverment procurement).

Menurut Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dr H Mulyanto M.Eng, secara kualitas produk yang dihasilkan Konsorsium sangat baik, teruji andal, tidak kalah dibanding produk sejenis dari luar. Daripada mengimpor, Pemerintah lebih baik membeli produksi penanggulangan Covid-19 dari luar negeri. “Pemerintah lebih baik memprioritaskan membeli alat produk hasil karya putra-puteri terbaik bangsa Indonesia.

Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 adalah kumpulan lembaga penelitian milik pemerintah, swasta dan perguruan tinggi se-Indonesia yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) untuk membantu percepatan penanggulangan Covid-19 melalui riset dan inovasi produk pendeteksian, pengobatan dan penanggulangan,” kata Mulyanto.

Menurut wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Banten itu, produk konsorsium yang sudah berhasil dikembangkan antara lain rapid test untuk diagnostic corona non PCR, ventilator non ICU, mobile laboratorium BSL-2 untuk uji PCR dan peningkatan kapasitas uji PCR corona di LBM Eijkman dan LIPI, yang masing-masing mampu menguji 1000 orang per hari. “Satgas Covid-19 wajib hukumnya membeli dan menggunakan produk-produk teknologi hasil konsorsium Kemenristek ini.”

Dia menyambut baik inisiatif Kemenristek membentuk konsorsium riset dan inovasi Covid-19. Karena itu, dia berharap konsorsium dapat bekerja lebih fokus, lokus dan dapat segera menghasilkan good news, berupa produk bermanfaat dalam upaya penanggulangan Covid 19.

Wakil Ketua Fraksi PKS bidang Industri&Pembangunan tersebut meminta konsorsium mengedepankan riset dan inovasi yang berorientasi kepada permintaan dan kebutuhan publik. Bukan semata-mata untuk kepentingan akademik.

Dengan pendekatan demand driven ini diharapkan IPTEK dan inovasi nasional dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Sebenarnya kita tidak pernah mempertentangkan high tech dan low tech dalam riset kita. Bukan soal tinggi atau rendahnya kandungan teknologi yang digeluti para peneliti kita.

Namun, yang utama adalah seberapa jauh hasil-hasil penelitian itu dapat dihilirisasi dan menjadi solusi bagi persoalan atau kebutuhan masyarakat banyak. “Dengan demikian, dampak pembangunan Iptek untuk kesejahteraan masyarakat dapat dirasakan. Iptek tidak boleh hanya menjadi menara gading, karena melulu digerakkan orientasi academic driven,” kata mantan Sekretaris Kementerian Riset dan Teknologi era Pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini.

Dia berharap pembentukan konsorsium yang mensinergikan akumulasi pengetahuan, SDM, fasilitas, jaringan, pendanaan riset, akan mempercepat munculnya produk riset unggulan yang bermanfaat bagi masyarakat. Apalagi sejak awal pihak industri dilibatkan sehingga dapat mempercepat proses inovasi teknologi, produksi dan distribusi ke masyarakat. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait