M. Mufti Mubarok, Direktur Institute for Development and Economic (IDE)
Saat ini beredar secara viral terkait video Bahlil Lahadalia yang menyatakan dukungannya pada pencalonan Arsjad Rasjid maju sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri. Dalam memberikan support pada bursa pemilihan Ketua Kadin, tentunya dapat dikatakan berlebihan dalam menyampaikan pidatonya.
Perkataan Bahlil yang viral dan cukup menyita perhatian publik yaitu, “Ini pestanya orang daerah, jadi udahlah temen-temen daerah jangan dulu kasih gratis ini barang, dimainkan dulu barang ini. Dua-duanya kan konglomerat. Gak papa mainkan aja dulu, gak papa. Ambil uang aja belom tentu memilih apa lagi gak ambil uang”.
Perkataan tersebut seolah menjadi pernyataan bahwa dalam pemilihan Ketua Kadin ada unsur politik uang. Sebagai pejabat Negara, terlebih sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentunya perkataan tersebut menciderai publik. Jangan sampai hal ini justru ditiru oleh adik-adik yang sedang berorganisasi dimanapun.
Posisi Kadin sebagai mitra strategis pemerintah, tentunya berdampak banyaknya pengusaha yang melirik Posisi Ketua Umum. Terlebih Kadin memiliki payung hukum sendiri yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 Tentang Kamar Dagang dan Industri. Kadin memiliki privilege dalam mengorganisir Pengusaha dalam hal memajukan perekonomian nasional.
Jika politik uang mewarnai bursa pemilihan Ketua Umum Kadin, tentunya menjadi preseden buruk. Padahal pada saat ini Pemerintah tengah berjuang dalam upaya Pemulihan Ekonomi Nasional dimana mitra strategisnya diantaranya Kadin. Sebagai salah satu mitra strategis pemerintah, sudah sepatutnya Kadin menjaga kepercayaan masyarakat khususnya dalam upaya pemulihan ekonomi nasional di tengah suasana Pandemi Covid-19.
Sudah sepatutnya secara bersama-sama menjaga kepercayaan masyarakat, bergotong royong dalam meningkatkan ekonomi nasional. Pejabat publik sudah seharusnya tidak melontarkan ucapan yang membuat gaduh.