Oleh :
Rudi S. Kamri
Dalam dua hari terakhir di medsos banjir berita tentang Prabowo Subianto yang salah dalam mengucapkan asma Nabi Muhammad SAW. Di kesempatan lain sebelumnya Prabowo juga pernah secara fatal salah mengucapkan asma Allah SWT. Dari blunder besar ini mau tidak mau Prabowo panen ejekan dan cacian yang mengular. Dan seperti biasa Timsesnya kembali tergagap-gagap mencoba membela majikannya dengan pembelaan ‘defensif’ yang aneh dan menggelikan.
Pertanyaannya, wajarkah seseorang yang mengaku Muslim salah dalam pengucapan asma Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW ?
Jawabannya : SANGAT TIDAK WAJAR !!! Karena pengucapan asma Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dengan benar adalah sesuatu yang paling fundamental bagi seseorang yang mengaku Muslim. Dalam bahasa Arab, pengucapan yang salah akan berdampak pada makna yang jauh berbeda. Jangankan asma Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, kalau ada orang Gerindra menyebut junjungannya dengan Prawowok Sugianto sudah pasti akan dapat bonus lemparan HP atau dilempar ke kandang kuda.
Wajarkah seorang Prabowo Subianto salah menyebut asma Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW ? Jawabnya : SANGAT WAJAR !!! Karena pada dasarnya sesuatu yang berbau Islam memang kurang akrab di kehidupan keseharian Prabowo. Sedari kecil Prabowo Subianto tumbuh dalam keluarga yang dominan nuansa kristiani. Dan konon kabarnya Prabowo sendiri baru masuk Islam menjelang perkawinan dengan Titiek Soeharto. Apakah berita ini benar ? Wallahualam.
Dari rekam jejak kehidupan pribadi seorang Prabowo, sangat wajar kalau pengetahuan keislamannya sangat lemah. Bahkan pengetahuan adab keislamannya pun juga mengenaskan. Konon beberapa tahun lalu saat Prabowo berkunjung ke kantor PBNU, pada waktu masuk sholat, saat dia dipersilahkan menjadi imam sholat, justru dia minta Yenny Wahid yang menjadi imam, dengan dalih katanya Yenny anak Kyai. Sekali lagi ini bukan salah Prabowo, karena memang dia tidak menguasai pengetahuan tentang Islam.
Lalu yang salah siapa?
Yang salah adalah para ulama peserta Ijtima Ulama. Bagaimana mungkin para ulama memberikan amanah kepada seseorang untuk menjadi pemimpin negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam tapi orang itu tidak mempunyai pengetahuan beragama Islam yang layak.
Yang salah adalah para elite PKS. Bagaimana mungkin PKS yang katanya partai Islam tapi mencalonkan seseorang untuk menjadi Presiden Indonesia, tapi calonnya tidak mempunyai kapasitas dan kapabilitas sebagai seorang muslim yang sewajarnya. Kesalahan pengucapan asma Allah SWT dan Rasulullah adalah tolok ukur yang nyata kapabilitas keislaman seseorang.
Yang salah adalah orang-orang pendukung Prabowo yang mengaku membela agama Islam dan mengelu-elukan Prabowo secara over dosis sebagai pemimpin muslim yang baik. Kenyataannya Prabowo tidak mempunyai kualitas keislaman seperti yang mereka harapkan.
Saya haqul yaqin, peristiwa kesalahan besar Prabowo Subianto dalam pengucapan asma Nabi Muhammad SAW pada hari Minggu tanggal 2 Desember lalu adalah pukulan telak bagi para pendukung Prabowo. Di sebuah moment besar yaitu reuni 212 yang mereka bangga- banggakan ternyata hanya menjadi ajang mempermalukan diri di muka umum secara berjamaah dan terbuka.
Jadi mari kita jangan ejek Prabowo, yang perlu kita kasih “preeeettt” adalah orang-orang yang telah salah memilih Prabowo. Calon Presiden dari “partai Allah” kok nyebut asma Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW aja belibet gak kepuguh. Aneh bin ajaib !!!
Buat para pendukung Prabowo, jangan malu-malu untuk berubah pikiran dan pilihan. Masih ada waktu untuk beralih ke lain hati. Tidak usah gengsi, demi Indonesia yang lebih baik dan lebih maju, kita perlu pemimpin yang telah terbukti rekam jejaknya. Dan yang terpenting mempunyai wawasan spiritualitas yang layak.
Ada pepatah baru : “Malu beralih pilihan akan tersesat 5 tahun ke depan”. Kalian tidak mau tersesat, kan ?
Salam SATU Indonesia
04122018