Jati Diri Bangsa Akan Hilang Bila Tidak Cinta Tanah Air

  • Whatsapp
Jpeg

JAKARTA, beritalima.com – Sarasehan Kebangsaan yang bertemakan Membangun Karakter Generasi Mandiri Yang Berintegritas, Pantang Menyerah, Mandiri dan Jujur. Digelar oleh Penerus Keluarga Besar Pelajar Pejuang Kemerdekaan (PKB PPK), Sabtu (19/8/2017), di Aula Kampus Perbanas Institute, Setiabudi, Jakarta.

Sarasehan yang dimoderatori Didik Sunardi, salah satu Pengurus DPP Mastrip, ia menyatakan bahwa Mastrip adalah tentara pelajar yang ada di Jawa Timur, yang saat itu melawan Belanda karena kembali lagi ke Indonesia. Sedangkan yang berada di Yogyakarta bernama TP, yaitu Tentara Pelajar.

Hal itu direspon positif oleh Destry Damayanti dari Lembaga Ketahanan Pangan, LPS Board Commisioner atau sebagai Ekonom Nasional. Namun dalam acuannya ia menyatakan sangat bagus untuk membangun karakter, karena menurutnya tidak bisa berdiri sendiri. Dan harus msngajak Negara lain untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia agar tumbuh mandiri.

Dilihat dari populasi, Indonesia masih bertahan 5%, sedangkan negara lain masih banyak yang anjlok. Hal ini menurutnya, terlihat tumbuhnya pemerataan pembangunan. Salah satunya jalan tol pertama dilakukan di Indonesia adalah jalan tol Jagorawi. Sedangkan Malaysia dan China belajar dengan Indonesia, sekarang pemerintahan Jokowi – JK tengah membangun percepatan pemerataan pembangunannya.

“3 tahun kedepan pecepatan pembangunan diharapkan bisa selesai. Namun yang menjadi tantangan adalah pekerjaan rumah antara yang kaya dengan yang miskin,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan Saut Situmorang, Wakil Ketua KPK, bahwa Indonesia bisa sejahtera kalau korupsi belum teratasi. Sedangkan Indonesia bila sudah sejahtera baru bisa menciptakan daya saing. Sayangnya yang menjadi persoalan di Indonesia sekarang ini adalah masalah integritas. Indonesia akan lebih parah bila korupsi di Indonesia tidak teratasi.

Oleh karena itu ditegaskan Prof. DR. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, Rektor Perbanas, Indonesia akan kehilangan jati diri bangsa. Hal ini disebabkan arus globalisasi, rusaknya modal sosial, krisis multidimensi, dan intervensi asing. Dengan demikian bila jati diri bangsa sudah hilang, maka makin rendahnya dan memudarnya rasa cinta tanah air, berkurangnya terhadap nilai budaya dan bahasa, dan berkurangnya nilai solidaritas sosial dan kekeluargaan.

Tiga hal itu menurut Rektor Perbanas, merupakan relevansi wawasan kebangsaan NKRI, yang menyebabkan nasionalisme hilang, bukan sesuatu yang kaku, baku dan statis. Selanjutnya dijelaskan Marsudi, tiap jaman memiliki kondisi dan tantangan yang berbeda sehingga membutuhknn wujud nasionalisme yang dinamis.

“Etos bangsa yang sukses, berani menghadapi kenyataan, disiplin tinggi, bekerja keras dan yakin akan kenerhasilan, menfhargai orang lain dan murah hati, hingga hemat dan bersahaja,” jelasnya. dedy mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *