Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf mengatakan bahwa sampai saat ini banyak tenaga ahli di Indonesia khususnya Jawa Timur yang belum bersertifikat.
“Memang sudah lulus di tingkat Starta 1, tetapi keahliannya memerlukan sertifikasi,” ungkapnya saat membuka Seminar Nasional II Teknik Sipil 2016 di Universita Narotama Surabaya, Sabtu (24/9) dengan tema “Mengatasi Krisis Tenaga Ahli Konstruksi Bersertikat di Indonesia” (Proyek Banyak – Tenaga Ahli Kurang).
Lebih lanjut Wagub yang biasa disapa Gus Ipul mengatakan bahwa seminar ini merupakan satu bentuk kegelisahan yang dirasakan oleh Universitas Narotama Surabaya Prodi Teknik Sipil, mengingat sampai saat ini menurut data yang ada dari 6 ribu tenaga kerja di bidang jasa konstruksi hanya sekitar 500 tenaga kerja yang telah bersertifikasi.
Padahal kondisi bisnis konstruksi di Jawa Timur bisa tumbuh sampai 5 persen sepanjang tahun asalkan berbagai kendala dapat teratasi. Seperti kesenjangan sumber daya manusia (SDM). “Tantangan terbesar yang dihadapi sektor konstruksi di Jawa Timur adalah keterbatasan tenaga ahli dan terampil lokal,” jelasnya. Sedangkan Jawa Timur merupakan provinsi besar yang bisa menjadi cerminan nasional.
Kekurangan tenaga ahli yang bersertifikat menyebabkan pelaksanaan proyek infrastruktur tersendat. Di Jawa Timur saja kebutuhan 40 ribu insinyur dan tenaga ahli di bidang konstruksi, setiap tahun baru bisa memenuhi sebanyak 11 ribu orang.
Untuk itulah Pemerintah Provinsi Jawa Timur menurut Gus Ipul ikut mendorong mempermudah regulasi untuk mendapatkan sertifikasi bagi tenaga ahli konstruksi. “Dulu LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) berada di provinsi, tetapi kemudian keberadaannya ditarik di pusat. Nah saat ini kita dorong agar lembaga tersebut berada di provinsi kembali,” ungkapnya.
“Selain keahlian, mutu atau kualitas hasil kerja dan bangunan sangat mementukan, harus ada keberpihakan dan kemudahan regulasi pada pengusaha lokal dari pemerintah provinsi agar mereka tidak hanya menjadi penonton di negara sendiri,” jelasnya lebih lanjut.
Indonesia harus mewaspadai kekurangan tenaga ahli konstruksi tersebut, pasalnya sejalan dengan berlangsungnya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) arus perdagangan jasa jadi bebas. Apabila dibiarkan, sektor konstruksi nasional bisa-bisa dipenuhi orang asing. “Orang asing berinvestasi di Indonesia, tentunya juga akan membawa tenaga-tenaga ahli dari negara mereka,” papar Gus Ipul.
Oleh karena itu untuk bisa menang di negeri sendiri dalam pertarungan di era global, maka para tenaga ahli yang bergerak di bidang konstruksi harus membekali dirinya dengan keahlian yang diakui dunia dengan dibuktikan oleh sertifikasi. Selain itu harus bahu-membahu dan mendukung satu sama lain bagaimana caranya agar persaingan global bisa menjadi kesempatan emas bagi jasa konstruksi Indonesia. “Untuk menjadi pemenang dibutuhkan kerja keras dan saling mendukung , merupakan senjata yang sangat handal dan mujarab,”tandasnya.
Sementara itu menurut Rektor Universitas Narotama Surabaya Hj. Rr. Iswachyu Dhaniarti, DS, ST, M.HP, seluruh Sarjana Teknik dari Universitas Narotama Surabaya telah lulus sertifikasi bertaraf internasional.
Diadakannya Seminar Nasional II Teknik Sipil 2016 diharapkan dapat membangkitkan percepatan pemenuhan kebutuhan tenaga ahli konstruksi bersertifikat di Indonesia. (**).