JAKARTA, Beritalima.com– Sidang Umum Inter-Parliamentary Union (IPU) atau General Assembly 139 di Jenewa, Swiss, Rabu (17/10) menolak memasukkan agenda pembahasan legalisasi Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgende (LGBT).
Jazuli Juwaini yang dipercaya sebagai Anggota Delegasi Parlemen Indonesia ke sidang parlemen tingkat dunia ini dalam keterangan tertulis melalui WhatssApp (WA) kepada Beritalima.com, Kamis (18/10) siang mengatakan, Sidang Umum IPU menolak memasukkan pembahasan LGBT.
Setelah gagal memasukkan agenda pembelaan dan legalisasi LGBT di Sidang Komite Demokrasi dan Hak Asasi Manusia pada IPU 139 ini, negara pendukung kembali berupaya memasukkan agenda pembahasan tentang LGBT pada forum General Assembly untuk setidaknya dibahas pada Sidang Umum IPU berikutnya.
“Alhamdulillah upaya negara pendukung LGBT ini gagal kembali melalui voting, meski sempat diwarnai perdebatan alot di awal,” kata Jazuli yang juga Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI.
Menurut Anggota Komisi I dan Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI ini forum General Assembly akhirnya melaksanakan voting yang melibatkan seluruh anggota delegasi dari semua negara anggota IPU dengan sistem satu anggota satu suara (one man one vote).
“Hasilnya, alhamdulillah usul agenda pembahasan LGBT ditolak oleh mayoritas anggota parlemen dunia. Komposisinya 691 suara menolak. Yang mendukung LGBT hanya meraih 499 suara,” ungkap Jazuli.
Wakil rakyat dari Dapil Provinsi Banten itu mengatakan, agenda pembahasan pengakuan hak/legalisasi LGBT ini awalnya diusulkan Belgia. Dalam voting, Belgia didukung antara lain Kanada, Swedia, Austria, Inggris dan Belanda. Yang menolak antara lain Rusia, negara-negara Timur Tengah dan Indonesia.
Dengan penolakan ini agenda pembahasan pengakuan dan/atau legalisasi hak-hak LGBT ditolak dan tidak akan dibahas pada Sidang IPU 140 yang akan datang.
“Kita ucapkan syukur alhamdulillah kerena upaya penolakan ini adalah bagian dari tanggung jawab kemanusiaan kita untuk mewujudkan peradaban dunia yang luhur dan mulia berdasarkan nilai-nilai moralitas, etika, budaya luhur dan agama,” demikian Jazuli Juwaini. (akhir)