Jelang Penutupan COP30: Indonesia Dorong Kejelasan Komitmen Pendanaan Adaptasi Global

  • Whatsapp

Belem, Brasil, beritalima.com — Di tengah dinamika negosiasi yang berlangsung hingga malam hari, Indonesia aktif memperjuangkan isu-isu strategis termasuk adaptasi, pendanaan iklim, dan penguatan sejumlah keputusan di bawah COP, CMA, dan CMP yang hingga hari terakhir menjelang penutupan Konferensi Perubahan Iklim COP 30 di Belem, Brazil.

Masih terus dibahas karena adanya catatan dari beberapa namun delegasi Indonesia menegaskan pentingnya keputusan final yang mampu memperkuat tata kelola iklim global dan memastikan implementasi efektif perjanjian Paris.

“Kita punya semangat bersama bahwa COP30 itu harus menghasilkan sesuatu atau keputusan-keputusan yang akan memberikan landasan bagi pelaksanaan, baik dari itu COP secara umum, baik Paris Agreement melalui CMA-nya maupun kemudian pelaksanaan dari kesepakatan di Kyoto Protokol (CMP),” ujar Ary Sudijanto, Deputi Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), di Belem, Brazil, pada Jum’at (21/11/2025).

Ary Sudijanto, menyampaikan bahwa salah satu prioritas Indonesia adalah memastikan adaptasi mendapatkan perhatian setara dengan mitigasi. Indonesia mendorong kejelasan komitmen pendanaan adaptasi global yang wajib tercantum dalam teks keputusan, termasuk mandat tripling pendanaan yang sebelumnya disepakati. Hilangnya paragraf terkait angka pendanaan adaptasi dalam teks terbaru menjadi perhatian serius Indonesia karena dapat melemahkan arah implementasi global.

“Indonesia berada di garis depan memperjuangkan agar keputusan COP30 benar-benar memberikan arah implementatif. Tanpa kejelasan pendanaan, negara-negara rentan akan semakin tertinggal menghadapi krisis iklim yang kian nyata,” tegas Ary Sudijanto.

Sejalan dengan itu, Indonesia juga menyampaikan catatan penting terkait definisi progressive gender yang muncul dalam draft keputusan. Indonesia menekankan bahwa konsep tersebut hanya dapat diterapkan dengan mempertimbangkan kondisi negara masing-masing. Diplomasi dilakukan melalui pertemuan bilateral dengan Presidensi Brasil, yang sebagian besar masukan Indonesia telah diakomodasi dalam rancangan terbaru.

Di tengah padatnya negosiasi, penutupan Paviliun Indonesia tetap berlangsung dengan lancar. Kendati terjadi penyesuaian teknis dari panitia setempat, seluruh agenda berhasil dipindahkan ke ruang pertemuan lain tanpa mengurangi kualitas diskusi. Paviliun Indonesia kembali mencatat capaian penting: lebih dari 5.000 pengunjung, lebih dari 50 sesi diskusi interaksi kebijakan, 60 pembicara, serta kerja sama dengan lebih dari 100 mitra. Selain itu, lebih dari 20 pertemuan bilateral berhasil memperkuat kolaborasi pembangunan dan dialog iklim antara Indonesia dan komunitas internasional.

Paviliun Indonesia juga menjadi pusat perhatian berkat forum Carbon Connection for Climate Action, yang menghubungkan pemilik proyek karbon dalam negeri dengan calon pembeli dan investor internasional. Forum ini menghasilkan ekspresi minat sejumlah 2.754.680 ton CO₂e, berasal dari 44 proyek oleh 28 proponen pada sektor energi, kehutanan dan penggunaan lahan, serta pengelolaan sampah. Capaian ini mencerminkan kepercayaan dunia terhadap integritas pasar karbon Indonesia dan mempertegas kesiapan Indonesia bergerak dari negosiasi menuju implementasi nyata aksi iklim.

Dalam pidato penutupan Paviliun Indonesia, Ary Sudijanto menegaskan bahwa Paviliun bukan hanya ruang bertukar pandangan, tetapi ruang lahirnya kolaborasi nyata. “Paviliun Indonesia adalah ruang harapan. Tahun ini kita membuktikan bahwa Indonesia membawa gagasan, solusi, dan aksi. Kita hadir bukan hanya untuk didengar, tetapi untuk memimpin,” disampaikan dalam pidato tersebut.

Jurnalis : Dedy Mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait