JAKARTA, Beritalima.com– Direktur Eksekutif Voxpol Centre Reserch&Colsulting, Pangi Syarwi Chaniago menduga ada upaya memecah belah internal Partai Amanat Nasional (PAN) menjelang pemilihan umum (pemilu) serentak 17 April 2019.
Usaha itu dilakukan kubu pasangan yang berseberangan dengan dukungan partai berlambang ‘Matahari Terbit’ tersebut untuk pemilu mendatang.
Seperti diketahui, untuk pemilu mendatang, DPP PAN memutuskan mendukung paslon nomor urut 02 yakni Prabowo-Sandi. Selain PAN, kubu ini juga didukung, Gerindra, Demokrat dan Partai Idaman yang dipimpin Raja Dangdut, H Rhoma Irama.
Sedangkan pasangan petahana didukung koalisi besar yakni PDIP, Golkar, PKB, PPP, Hanura, Nasdem, Perindo dan PSI. Perindo dan PSI merupakan pendatang baru dalam kancah perpolitikan nasional. Kedua partai ini belum memiliki kursi di parlemen.
“Saya menduga ada usaha memecah belah PAN oleh kelompok Jokowi-Ma’ruf agar tidak solid mendukung Prabowo-Sandi,” ungkap Pangi yang juga pengajar ilmu politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Beritalima.com, Jumat (29/12).
Alasannya, ungkap laki-laki kelahiran Nagari Bulu Rotan, Sijunjung, 20 Januari 1986 tersebut terlihat jelas dengan adanya desakan mundur dewan pertimbangan PAN, Prof Dr Amien Rais oleh sebagian kecil dari pendiri PAN.
Mereka beralasan, Amien Rais melanggar nilai-nilai dan azaz perjuangan partai yang didirikan pada awal reformasi itu. Padahal, mereka yang minta Amin mundur sudah lama tidak aktif dan sudah lama pula tidak terdengar namanya.
Menurut Ipang, demikian pengajar Universitas Al Azhar Jakarta itu akrab dipanggil, permintaan Amin munduru itu diperkuat oleh fakta bahwa pernyataan melalui surat terbuka yang tersebar di berbagai media ditandatangani Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohammad, Toeti Heraty dan Zumrotin yang sudah lama tidak aktif.
“Patut diduga, kelima pendiri PAN di atas, yang sudah lama nonaktif di pengurusan dipakai untuk menjadi kaki tangan rezim petahana untuk melemahkan atau mematikan mesin dukungan PAN terhadap Prabowo-Sandi,” jelas dia.
Menurut Ipang, kelima pendiri PAN itu mepunyai motif politis untuk melakukan operasi pembelahan dan dualisme pada kepengurusan PAN yang kini dikomandoi Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan.
Jika itu yang terjadi, ungkap Ipang, patut diduga ada hubungan campur tangan capres lain yang melakukan permainan untuk ‘menggoreng’ PAN.
“Sangat disayangkan politik memecah belah dan melakukan pembelahan di internal PAN demi merusak soliditas dukungan PAN terhadap capres oposisi yang mengusung Prabowo-Sandi,” kata dia.
Ipang juga melihat ada kejanggalan pada surat terbuka tersebut dan mengindikasikan adanya upaya mendeligitimasi posisi Amin Rais dari struktur partai.
Pertama, adanya manuver politik yang dilakukan oleh bekas pendiri partai. “Manuver ini sangat jelas terbaca di mana adanya perbedaan pandangan dalam dukungan terhadap calon presiden. Sikap Amien Rais yang memposisikan diri berseberangan dengan pemerintah dan dukungan pada Prabowo adalah pemicu utama dari kritik mantan pendiri PAN itu.”
Ipang juga mempertanyakan kemunculan para pendiri PAN menjelang pilpres. Menurut dia, ini merupakan upaya membelokkan arah dukungan PAN, setidaknya mengganggu soliditas dukungan PAN terhadap Prabowo-Sandi.
Dikatakan Ipang, manuver politik ini juga bisa dimaknai sebagai upaya menyeret partai ke dalam konflik internal dalam rangka menurunkan soliditas dan loyalitas kader yang all out mengamankan sikap partai dalam upaya memenangkan Prabowo-Sandi. “Ini bisa dilihat dari indikasi adanya kader yang memberikan dukungan ke kandidat lain,” tutur dia.
Kedua, lanjut Pangi, terdapat upaya untuk perebutan pengaruh dalam tubuh PAN. Hal itu terlihat dalam penggunaan istilah ‘pendiri PAN’ yang menunjukkan bahwa mereka yang memberikan kritikan terhadap Amin Rais bukan orang sembarangan.
“Mereka memposisikan diri sebagai pendiri partai yang akan mengulurkan tangan untuk ‘menyelamatkan’ partai dari ulah Amien Rais yang dianggap sudah tidak lagi sesuai dengan platform ideologis garis perjuangan partai,” jelas Pangi.
Menurut dia, opini yang sedang dibangun ingin mengatakan, mereka orang-orang yang sangat berjasa mendirikan partai dan menjadi besar seperti saat ini.
Kelima orang itu memposisikan Amin tidak lagi sejalan dengan garis perjuangan partai. Dan, ini merupakan serangan langsung terhadap citra pribadi Amien Rais.
“Upaya ini diharapkan akan mengubah haluan partai sesuai dengan kepentingan politik mereka untuk kembali mempersoalkan sikap partai dalam memberikan dukungan terhadap pasangan Capres dalam pemilu 2019,” jelas dia.
Ipang juga menduga, jika dukungan Amien Rais bulat mendukung Jokowi maka hampir dipastikan tak akan ada gejolak konflik dari kelima orang yang mengaku sebagai pendiri PAN itu.
Dikatakan,apa yang terjadi di tubuh PAN belakangan ini merupakan respons terhadap dinamika di internal partai. “Surat terbuka ini juga tidak bisa dipisahkan dari adanya sikap yang berbeda dari beberapa pengurus PAN di daerah seperti Kalsel dan Sumsel yang terang-terangan memberikan dukungan kepada Jokowi-Ma’ruf Amin.”
Menurut Ipang, situasi semacam ini sangat tidak menguntungkan bagi partai. Karena itu, PAN harus membuat keputusan tegas untuk meminimalisasi situasi ini.
“Jika dibiarkan akan meluas seperti bola salju makin lama makin membesar, menular ke daerah lainnya dan bahkan akan merambat ke pengurus pusat yang merasakan kegelisahan dan aspirasi yang sama,” kata dia.
Namun, menurut Pangi, surat terbuka dari pendiri PAN ini sepertinya tidak akan berdampak efektif terutama untuk menggoyang posisi Amien Rais.
Sebab, Amien Rais adalah sosok yang sangat powerful di internal partai dan banyak memberi warna terhadap perjalanan panjang partai tersebut hingga hari ini.
Namun, Pangi menyayangkan, waktu yang tersisa menjelang pilpres dan pileg serentak, tidak dimanfaatkan dengan maksimal untuk fokus menyiapkan strategi pemenangan.
Konflik internal PAN malah mencuat, makin bising, dan meluas. “Ini bisa membahayakan masa depan PAN kalau tidak segera dipadamkan apinya,” kata Pangi.
Sementara itu, Albert Hasibuan membantah surat terbuka ysng mrmints Amien Rais mundur bertujuan untuk memecah belah konsentrasi PAN jelang Pemilu. “Justru permintaan mundur tersebut untuk menyolidkan internal PAN dalam Pemilu.” (akhir)