– Review 26 Episodes Film DARK (2017-2020)
Denny JA
Di tahun 1964, Fisikawan Peter Higgs menyatakan sebuah dalil. Ini hanya asumsi yang disebut Higgs Boson yang kadang juga dihiperbolakan dengan God’s particle.
Dalil ini menyatakan partikel itu memiliki massa. Banyak teori yang dibangun berdasarkan asumsi di atas.
Baru pada tahun 2012, dalil itu, asumsi tersebut, bisa dibuktikan. Teknologi tinggi baru tersedia 48 tahun kemudian untuk membuktikan kebenaran dalil itu. (1)
Begitu lama waktu yang dibutuhkan untuk mampu menyalahkan atau membenarkan sebuah dalil fisika tingkat tinggi.
Albert Einstein juga membuat dalil yang jauh lebih heboh. Dan jauh lebih rumit. Realitas memiliki dimensi keempat: dimensi waktu. Kita bisa pergi tak hanya ke masa depan, tapi juga kembali ke masa silam.
Lebih jauh lagi, dari General Theory of Relativity Einstein ini (1915) dikembangkan oleh Hermann Weyl (1928) dan Charles Misner (1958) menjadi apa yang disebut dengan warmhole. (2) Atau acapkali juga disebut Einstein-Rosen Bridge.
Bahwa dalam realitas ada semacam channel, terowongan, pintu, atau jembatan tersembunyi. Jika kita berhasil menemukannya, kita bisa berpindah pindah untuk hidup dari satu waktu ke waktu lainnya.
Dalil Higg Bosson sudah dibuktikan. Namun dalil wormhole di masa kini masih menjadi asumsi belaka.
Apa yang terjadi jika Warmhole, terowongan waktu itu sudah ditemukan? Sebanyak 28 serial Dark membuat drama ketika wormhole itu sudah ditemukan.
Di kota Winden, di sebuah gua, tercipta gelombang yang unik. Gua itu ada di daerah pembangkit tenaga nuklir.
Secara rahasia, ilmuwan, juga penjaga moral, membuatkan pintu di gua rahasia itu. Mereka yang tahu, yang hanya segelintir saja, akhirnya bisa pergi ke masa silam, dan ke masa depan lewat gua rahasia itu.
-000-
Drama dalam serial DARK menceritakan kehidupan kota Winden di tahun 2019, 1986, 1953. Kadang juga hingga ke tahun 2053, atau mundur ke tahun 1921 dan 1888.
Wakil dari empat keluarga akhirnya sibuk menjadi traveler, pejalan lintas waktu, dengan berbagai motivnya.
Kisah misteri, pembunuhan, percintaan, kerja detektif, hingga para penegak kebenaran menambah bumbu sensasi film science fiction itu.
Karena bisa perpindah hidup di masa kini, masa silam, masa depan, filsafat hidup dirumuskan kembali. Ajaran agama digugat. Apa yang benar dan salah dipersoalkan lagi.
Penduduk setempat acapkali gempar. Keajaiban banyak terjadi.
Di tahun 1953, misalnya, pernah mereka menemukan mayat. Tapi anehnya mayat itu menggunakan kalung yang dibuat di tahun 1986.
Tak ada yang mengenali mayat itu. Pakaian yg digunakan mayat itu juga sangat asing. Tak ada yang menduga jika mayat itu datang dari masa depan, 33 tahun kemudian.
Atau kasus hilangnya beberapa remaja yang masuk ke dalam gua. Betapa kagetnya. Mereka yang dinyatakan hilang itu masuk ke masa silam. Mereka menyaksikan sendiri Ayah, atau Ibu mereka ketika masih kecil.
Apa pula yang terjadi dengan mereka yang berhasil ke masa silam, tapi tak bisa kembali ke masa hidupnya yang awal.
-000-
Serial film ini kemudian menukik kepada masalah filsafat. Apakah yang disebut waktu itu berjalan linear: dari masa silam, menuju masa kini, lalu ke masa depan?
Ataukah waktu itu satu saja: masa lalu, masa kini, masa depan itu tetap di sana. Hanya manusia yang bisa berpindah- pindah dari masa lalu ke masa depan. Atau dari masa depan ke masa lalu?
Bisakah kita kembali ke masa silam untuk mengubah hidup di masa kini?
Atau bisakah kita ke masa depan, untuk tahu apa yang akan terjadi? Lalu pengetahuan itu kita gunakan untuk masa kini, ketika kita kembali lagi ke masa kini?
Film ini menyentuh dan menyayat hati karena drama di balik perjalanan ke masa silam.
Seorang polisi kehilangan kakaknya di tahun 1953. Lalu 33 tahun kemudian, Ia kehilangan anaknya. Baik tubuh kakak dan anaknya tak pernah ditemukan.
Polisi itu meyakini anaknya dan kakaknya dibunuh. Si pembunuh tersebut sudah pula Ia identifikasi.
Polisi itupun pergi ke masa silam. Ia ingin menjumpai sang pembunuh ketika si pembunuh itu masih kecil. Dengan susah payah, Ia lakukan perjalanan ke masa silam.
Niatnya tegas. Sang pembunuh itu Ia bunuh terlebih dahulu, sebelum sang pembunuh sempat membunuh kakak dan anaknya.
Atau seorang pemuda yang sangat terpukul. Ayahnya menggantung diri. Ia pun pegi ke masa silam.
Niatnya juga tegas. Ia akan temui Ayahnya di momen beberapa menit sebelum bunuh diri. Dengan harapan, Sang Ayah batal bunuh diri.
Namun berkali kali niat mengubah masa kini gagal. Walau kita bisa kembali ke masa silam, aneka kejadian di masa kini tak bisa dibatalkan.
Polisi itu tetap kehilangan kakaknya dan anaknya. Pemuda itu tetap mendapati Ayahnya bunuh diri. Mereka terpana. Padahal sudah mencoba mencegah hingga berikhtiar kembali ke masa silam.
Pembuat skenario film ini setia menghindari apa yang disebut “Grandpa Paradox” dalam teori Time Traveling.
Bunyi Grandpa Paradox: “Apa yang terjadi jika kita kembali ke masa silam, bertemu kakek kita di masa muda, lalu kita membunuh kakek itu. Konsekwensinya ayah atau ibu kita tak pernah dilahirkan.
Karena orangtua kita tak pernah ada, maka kitapun tak pernah dilahirkan. Padahal kita terbukti ada, yang berhasil kembali ke masa silam, dan membunuh kakek kita sendiri.
Di sinilah paradoksnya.
-000-
Bulak balik ke masa silam, masa kini, ke masa depan, balik ke masa kini lagi, membuat keajaiban lain.
Kita berjumpa dengan diri kita sendiri di masa anak- anak, atau justru dengan diri kita sendiri di masa tua.
Atau kita berjumpa dengan kekasih kita di masa muda. Ternyata di masa depan, kekasih itu adalah adik dari Ayah kita sendiri.
Hidup yang paralel terjadi. Kita hidup sekaligus dalam masa yang berbeda-beda.
-000-
Waktu boleh berpindah- pindah. Tapi ada yang mengharukan pada Jonas dan Martha. Mereka tokoh utama dalam film ini.
Kemanapun mereka pergi dan berpisah, dalam waktu yang berbeda, cinta yang mendalam, penuh luka, itu selalu menyertai.
Berkali- kali mereka mencoba membantu agar lingkungan bertambah baik. Mereka bulak balik dari satu masa ke masa lain. Tapi di setiap masa tetap ditemui bahagia dan derita, yang sama. Hanya jenis bahagia dan jenis deritanya saja yang berbeda.
Karena sering hadir dalam begitu banyak jenis kehidupan, mulai dari tahun 1888-2053. Juga karena banyak membuat persoalan, Jonas dan Martha bersepakat.
Dengan teknologi tinggi, mereka mencari momen, agar mereka berdua sama sekali tak pernah dilahirkan di muka bumi. Mereka tak ingin terlibat menciptakan penderitaan sekeliling.
Itu pengorbanan yang sungguh besar. Mereka rela tak pernah ada dalam sejarah.
Namun apa daya. Kehendak pribadi tak bisa melawan titah semesta. Hukum alam jauh lebih perkasa dibandingkan kehendak individu.
Di satu waktu, seorang Ibu tetap melahirkan mereka kembali.
-000-
Selesai menonton 26 serial film ini, saya lama tersentak. Jika teori Einstein benar, jika memang ditemukan wormhole itu, bisa melintas waktu, akankah saya juga melancong ke masa silam untuk mengubah saya yang sekarang?
Tapi secanggih apapun mesin waktu, ia tak bisa mengubah rasa bahagia dan derita. Dua rasa itu ada dalam persepsi manusia.
Jika memang seperti itu; saya memilih tetap menikmati saja apa yang ada. Tak perlu ke masa silam untuk mengubahnya. Cukup saya melakukan perjalanan persepsi saja, agar semakin menerima pepatah ini:
“Beri aku keberanian untuk mengubah apa yang aku bisa. Beri aku keikhlasan untuk menerima apa yang tak bisa aku ubah. Beri aku kearifan untuk membedakan keduanya.”*