Jika Dikelola Benar, Garam dan Tembakau serta Wisata Alam Madura Kembali Bersinar

  • Whatsapp

MADURA, beritalima.com – Disebut sebagai pulau garam, karena Pulau Madura pulau penghasil garam terbesar di Indonesia. Ini bisa dilihat dari data Analisis Produksi Garam Indonesia 2011-2014 yang dirilis Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia pada 2015.

Dalam data tersebut di antaranya terlihat jumlah produksi tambak garam rakyat, peta lokasi produksi garam rakyat (kabupaten/kota), hingga luas lahan dan jumlah produksi yang dihasilkan dari lahan tambak garam rakyat di Indonesia.

Dari data tersebut menegaskan bila empat kabupaten di Pulau Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep) memiliki tambak garam rakyat, dan menghasilkan garam rakyat dalam jumlah besar.

Berangjat dari data tersebut, Moch Efendi SH sebagai Caleg DPR RI Dapil Jatim XI Madura dari Partai Perindo Nomor Urut 2 melangkah menyerap aspirasi petani garam dan tembakau di Pulau Madura.

Zainal Bahri yang malang melintang dalam melakukan usaha garam dan tembakau di Pamekasan mengatakan, tata kelola produksi garam rakyat Madura ada yang perlu dibenahi.

“Madura sejak saya kecil dikenal sebagai Pulau Garam,” kata Zainal mulai membuka pembicaraan.

“Saya yakin kedepan Madura bisa mensuplai stok garam nasional seperti masa lalu,” lanjut pria yang juga pemerhati wisata di Pamekasan dan Pulau Madura ini.

“Jika tahun kemaren kekurangan garam, tentu ini ada yang salah, karena potensi Madura sebagai penghasil garam tidak perlu diragukan, baik kualitas maupun kuantitas,” ungkapnya.

“Madura akan kembali terdengung sebagai penghasil garam terbesar dan terbaik jika tata kelolanya dibenahi, baik omzet maupun kualitasnya,” ujarnya optimis.

Selain garam, lanjut Zainal, Madura juga dikenal sebagai penghasil tembakau terbaik. Potensi ini menurut Zainal perlu dipertahankan.

Untuk itu, masih menurut tokoh masyarakat Madura ini, kementerian harus punya data yang kongkrit terkait kebutuhan nasional, baik garam maupun tembakau.

Sedangkan untuk sektor wisata, Zainal merekomendasikan Madura sebagai obyek wisata bahari. Disebutkan, dari Pantai Talang Sring hingga Branta bisa dijadikan wisata bahari.

“Pantai-pantai tersebut sangat bagus, bahkan bisa mengalahkan Pantai Kuta jika dikelola dengan baik dan benar,” tegasnya.

Keunikan alam Madura jarang dijumpai di pulau-pulau lain di Indonesia. Sumatera dan Kalimantan yang memiliki sungai dan muara, dimana garam sulit dibuat di sana karena air lautnya tak begitu pekat, walau ada ladang garam di sejumlah titik di Sumatera, seperti di Aceh bahkan NTT.

Pulau Madura memang dikenal bermusim kering lebih panjang, tidak banyak sungai dan sumber air tawar. Daratan Madura relatif datar di sisi selatan, dengan dataran tinggi di tengah, dan pantai utara yang berbeda ketinggian.

Suhu rata-rata Pulau Madura 26,9 derajat celsius, dengan kemarau panjang antara 4 sampai 5 bulan (rata-rata bulan kering 2 sampai 4 bulan).

Meski garam hanya dihasilkan di sepanjang pantai Selatan Madura, sedikitnya sungai dan muara membuat kawasan selatan memiliki air laut berkadar garam tinggi.

Proses pembuatan garam rakyat di Pulau Madura kerap disebut cara ‘Madurese’ atau cara orang Madura, dimana pembuatan garam dengan kristalisasi air laut secara total, garam diambil mulai dari lapisan terbawah hingga atas. Para petani garam secara tradisional memindahkan air laut antarmeja garam. (rr)

Berikut petikan video saat berbincang dengan Zainal Bahri di Pamekasan.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *