SURABAYA, beritalima.com | Sejumlah tokoh dan arek-arek Surabaya dari berbagai organisasi yang menamakan diri Jogoboyo keras tindakan brutal dan anarkhisme yang dilakukan ribuan demonstran yang menolak Omnybus Law di Surabaya, kamis.”Demo silahkan. Menyampaikan aspirasi momggo. Tapi, jangan rusak kota kami. Jangan bikin gaduh di kita kami, Surabaya,” kata Djadi Galajapo–jurubicara Jogoboyo, berapi-api.Sebab, kata Djadi, anarkhisme dan vandalisme yang dilakukan ibarat menggugah macan tidurnya arek-arek Surabaya yang selalu wellcome pada semua pendatang.
“Kami memang kecolongan kemarin.Tapi besok, tidak lagi. Kami berjaga. Kami bersiap. Kami akan gebuk, siapapun yang mengacak-acak Surabaya,” tegas tokoh seniman Suroboyo.
Hal senada, juga disampaikan H Ahmad Badrut Tamam. Aktivis yang juga ketua LPMK Perak Timur bertekad akan membabat habis, pendatang yang merusak Fasilitas Umum (Fasum) dan Fasilitas Sosial (Fasos) kota kelahirannya.”Surabaya ini kota Pahlawan. Apa pingin ada kejadian jendral Mallaby kedua Surabaya,” kecam inisiator Jogoboyo seraya mengisahkan bagaimana dramatisnya panglima tertinggi Belanda tewas di tangan arek-arek Surabaya kala itu.
Guna mengantisipasi brutalisme dan vandalisme yang dilakukan pendatang dalam melakukan demo,Jogoboyo melakukan pam swakarsa. Terlebih disaat akan adanya aksi.
Baik yang dilakukan kaum buruh, mahasiswa maupun elemen lainnya di Surabaya.
Dalam waktu dekat, Jogoboyo yang aklamasi memilih Kusnan dari Paguyuban Arek Suroboyo (PAS) sebagai koordinator dan Ita Siti Nasyi’ah jurnalis senior sebagai sektretaris melakukan audiensi ke tiga pilar, Kapolrestabes, Walikota dan Korem.
Tujuannya organisasi dengan tagline Taliduk Tali Layangan. Awak Sithuk Ilang-Ilangan itu melakukan koordinasi menjaga Surabaya agar selalu aman dan kondusif. (*)